Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DI tengah masifnya penggunaan kosakata asing dalam bahasa keseharian baik secara lisan maupun teks, ada kecemasan terkait kepunahan bahasa Indonesia dan daerah. Hal itu di antaranya bisa ditandai dengan kurang akrabnya para penutur dengan kosakata yang sebenarnya ada dalam bahasa Indonesia maupun daerah.
“Bukan tidak digunakan lagi ya, mungkin lebih tepatnya jarang digunakan istilah dalam bahasa daerah. Sehingga membuat lupa definisi kata tersebut,” kata Analis Konservasi Bahasa dan Sastra, Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional Pelindungan dan Pemodernan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek-Dikti Anita Astriawati dalam diskusi Sastra dan Peradaban Berkelanjutan yang menjadi rangkaian acara Festival Bahasa dan Sastra Indonesia Sejati 2022 Media Indonesia yang berlangsung di lobby Grand Studio Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Senin, (31/10).
Anita mencontohkan, dalam kunjungannya ke Natuna tahun lalu, ia menemukan kata baru, yakni lerau. Istilah yang merujuk pada situasi hujan yang datang secara tiba-tiba, baik gerimis maupun hujan deras.
“Ini tentu akan menarik jika bisa digunakan dalam keseharian atau menjadi pilihan diksi di karya sastra,” lanjut Anita.
Sementara itu, dalam pandangan Koordinator Program Pendidikan Sastra Indonesia fakultas bahasa dan seni Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Erfi Firmansyah menyampaikan, bahasa Indonesia yang kerap dilafalkan anak muda saat ini di berbagai daerah di Indonesia lazimnya adalah pengaruh dari Melayu Betawi.
“Sebagai pengkaji bahasa dan sastra, saya melihat tang digunakan anak muda itu bahasa Melayu Jakarta. Seperti halnya yang digunakan para penyiar radio baik itu di Bandung, Makassar, Medan, atau Palembang, seolah kita sedang mendengarkan radio dari Jakarta, karena bahasanya sama,” kata Erfi dalam kesempatan sama dengan Anita.
Erfi mencontohkan, dalam bahasa Indonesia ada kata mengapa, sementara bahasa Melayu Jakarta, menggunakan imbuhan in menjadi ngapain.
“Itu ada pengaruh dari Melayu Betawi. Aliran in itu khas Betawi dan Bali. Pada masa Batavia dikuasai Belanda, banyak sekali penduduk Bali dipekerjakan di Batavia. Para perempuan utamanya menjadi juru masak di kamp Belanda. Nah mereka lah yang bawa ‘aliran in.’ Kemudian ini dipopulerkan di Jakarta,” kata Erfi.
Erfi melanjutkan, dalam syair Lampung Karam, ada identifikasi beberapa kata melayu kuno, yang jika ditilik saat ini ada kata yang sudah tidak digunakan lagi.
Bagi sastrawan Damhuri Muhammad, kepunahan bahasa bisa dilawan dengan menyugguhkan tradisi kesusastraan yang kuat.
“Penyair, novelis, dan cerpenis bisa ciptakan bahasa baru. Memonumentasikan bagasa baru tersebut. Persoalan kepunahan bisa diatasi oleh iklim kekaryaan yang kuat,” kata Damhuri.
Menurut Damhuri, acara-acara seperti yang dilakukan Media Indonesia dengan menggelar festival bahasa dan sastra dan menyediakan ruang sayembara cerpen, itu bisa menjadi pemantik bentuk keterampilan artistik dalam berbahasa.
“Harus menghargai proses apresiasi dan mendistribusikan karya itu agar dibaca orang. Karya juga bisa lahir dengan distimulasi dalam penyelenggaraan acara, yang pilihan tematiknya bisa membentuk keterampilan artistik yang tidak melulu bicara isu ketubuhan, kekerasan. Tapi juga soal lingkungan. Banyak isu bisa dibicarakan.”
Festival ini merupakan tahun ke-2 penyelenggaraan. Selain gelar wicara, di festival ini, Media Indonesia juga menampilkan pembacaan puisi dari sejumlah tokoh termasuk, penyair berjuluk Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri. Festival ini diselenggarakan untuk merayakan bulan bahasa yang jatuh Oktober sekaligus menggelorakan kecintaan pada bahasa dan sastra Indonesia. (M-1)
Penyair Sutardji Calzoum Bachri menilai puisi bukan sekadar harga mati, tapi juga harga hidup bagi suatu bangsa.
Bahasa Indonesia dan bahasa gaul dapat hidup berdampingan dengan rukun, karena kedua variasi bahasa ini mempunyai fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari.
Digelarnya festival ini di tahun 2022 untuk melanjutkan komitmen Media Indonesia mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia.
Bahasa Indonesia dan bahasa gaul dapat hidup berdampingan.
Seperti Dewi Saraswati engkau Aung San Suu Kyi. Banyak orang memahami sebagai pembawa bara dalam sunyi.
Lomba cipta puisi ini terbuka bagi semua pemuisi Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri.
Tema lomba kali ini ialah Menyongsong Indonesia Emas 2045 Lewat Sastra.
Merayakan Bulan Bahasa dan Sastra, Media Indonesia menggelar Lomba Storytelling bagi para guru PAUD.
Media Indonesia menggandeng Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dalam Festival Bahasa dan Sastra yang digelar pada 31 Oktober 2022.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved