Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Ketika Setan Diborgol di Bulan Puasa

Muhadjir Effendy Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji
22/3/2025 05:10
Ketika Setan Diborgol di Bulan Puasa
Muhadjir Effendy Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji(MI/Seno)

BERKENAAN dengan Ramadan, ada hadis yang diriwayatkan Imam Baihaqi, yang artinya: “Telah datang kepadamu Ramadan, bulan yang diberkahi, di saat Allah mewajibkan puasa di bulan itu kepada kamu. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di bulan itu terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang dihalangi untuk mendapatkan kebaikannya, maka terhalangilah dia.”

Hadis itu menyebut adanya empat peristiwa di setiap Ramadan, yaitu sebagai bulan penuh berkah, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, setan-setan penggoda diborgol, serta ada satu malam yang mengandung bobot kebaikan setara dengan seribu bulan.

Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin memaknai bulan penuh berkah lebih subjektif instrinsik. Beliau lebih mengaitkan dengan orang yang sedang berpuasa itu sendiri. Keadaan orang yang sedang berpuasa itu nafsunya sangat terkendali, hatinya sangat bersih, dan peluang untuk memperoleh ampunan atas dosa-dosanya pun sangat besar.

Sebagaimana Al-Ghazali, mengenai dibukanya pintu langit, menurut Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari adalah menggambarkan tingginya intensitas amal kebaikan yang harus diberi imbalan pahala oleh Allah. Begitu pula makna pintu neraka ditutup adalah sebagai nisbah dari intensitas perbuatan terlarang yang turun drastis sehingga tidak banyak dosa yang dicatatkan. Pasal setan dibelenggu, menurut Asqalani, adalah bentuk majas dari melemahnya daya goda setan karena yang menjadi target sedang penuh konsentrasi beribadah sehingga sulit digoda.

Adapun Al-Qadhi ‘Iyad dalam Ikmal al-Mu’lim menyebut bahwa yang dibelenggu itu hanya setan besar, setan kecil masih berkeliaran dan tetap bisa menggoda manusia.

Jadi, berkah tidaknya bulan puasa itu bergantung pada, dan ditentukan oleh, pribadi masing masing, bagaimana memahami, menyikapi, dan berperilaku di bulan Ramadan. Jika mengisi Ramadan dengan memperbanyak ibadah dan amal kebaikan, berarti pintu langit (surga) sedang terbuka untuk dirinya. Dengan menghindari perilaku maksiat dan perbuatan terlarang, pintu neraka sedang tertutup rapat untuk dirinya.

Kita sendiri juga yang membuat apakah setan terborgol atau tetap lepas berkeliaran di bulan puasa. Apabila di bulan Ramadan ternyata masih banyak yang melakukan perbuatan dosa besar, padahal jika merujuk pendapat Al-Qadhi ‘Iyad tinggal setan kecil saja yang berkeliaran, berarti godaan setan kecil pun bisa 'menghasilkan' dosa besar.

Para ulama sepakat yang dimaksud satu malam lebih baik daripada seribu bulan itu adalah Malam Qadar sebagaimana dimaksud dalam Al-Qur’an Surat Al-Qadar. Menurut Prof KH Quraish Shihab, Malam Qadar adalah saatnya Allah menetapkan takdir tahunan bagi hamba-Nya, baik individu maupun kolektif untuk sebuah bangsa, misalnya. Oleh sebab itu, Ramadan merupakan saat paling tepat untuk mendekat, merapat, dan bermunajat kepada Allah SWT.

Dengan begitu, di saat turunnya Malam Qadar, Allah menetapkan takdirnya untuk kita tahun depan agar berada di atas jalan yang diberi nikmat. Bukan jalan yang mendapat murka, juga bukan jalan yang sesat.

Siraatal ladziina an’amta ‘alaihim gairil magdhuubi ‘alaihim waladh-dhaalliin.

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya