Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Tidak Semua Tidur saat Puasa Itu Ibadah, Ini Penjelasan MUI

Despian Nurhidayat
08/3/2025 10:14
Tidak Semua Tidur saat Puasa Itu Ibadah, Ini Penjelasan MUI
Ilustrasi(Pexels)

Ibadah puasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban yang menyucikan baik fisik maupun rohani umat Islam. Setiap amal ibadah yang dilaksanakan selama bulan suci ini mendatangkan berbagai keutamaan dan keberkahan yang luar biasa. Namun, tidak jarang terdapat berbagai perbedaan pemahaman dalam praktik ibadah puasa, salah satunya mengenai tidur saat puasa. 

Beberapa orang percaya bahwa tidur selama berpuasa adalah bagian dari ibadah. Salah satu hadis yang sering dijadikan dasar oleh sebagian orang adalah yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi. Dalil itu dipegang sebagai dasar untuk meyakini bahwa tidur saat berpuasa adalah ibadah yang mendapatkan pahala. 

Namun, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak berpandangan demikian. Anggota Komisi Fatwa MUI, KH Fatihun Nada menjelaskan bahwa hadis ini tidak dapat dijadikan landasan yang sahih dalam memahami tidur sebagai ibadah. 

"Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni. Namun, perlu diketahui bahwa hadis ini berstatus tidak sahih atau tergolong dalam hadis da’if (lemah)," ungkapnya dilansir dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sabtu (8/3). 

Fatihun menjelaskan bahwa tidur yang berlebihan, yang hanya bertujuan untuk menghindari rasa lapar dan haus, tidak akan mendapatkan nilai ibadah. Tidur semacam ini, menurutnya, lebih cenderung sebagai tindakan yang menyia-nyiakan waktu yang seharusnya digunakan untuk beribadah. Padahal semestinya Ramadan diisi dengan ibadah karena nilainya berkali-kali lipat dibandingkan hari biasa. 

Sebaliknya, tidur yang dilakukan secukupnya dengan tujuan menjaga stamina tubuh agar dapat melaksanakan ibadah dengan baik, seperti salat malam dan tadarus Al-Qur’an, bisa dianggap bernilai ibadah. Dengan kata lain, kualitas tidur yang mendukung kesiapan fisik untuk beribadah lebih dianjurkan daripada tidur berlebihan yang tidak ada tujuannya.

Selain tidur, niat juga memegang peranan penting dalam menjalankan ibadah puasa. Kiai Fatihun menegaskan bahwa niat puasa merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan puasa itu sendiri. Fatihun juga mengingatkan niat puasa harus ditegaskan dalam hati, meskipun tidak harus dibaca dengan lisan. 

Dalam mazhab Imam Syafi’i, niat puasa wajib dilakukan setiap malam, baik sebelum tidur atau saat sahur. Sedangkan dalam mazhab Imam Malik, niat puasa cukup dilakukan sekali di awal bulan Ramadan untuk satu bulan penuh. Namun, untuk menghindari lupa, disarankan bagi umat Islam untuk tetap mengulang niat setiap malam. 

"Pertama, niat puasa tidak wajib dibaca dengan lisan, tetapi wajib ditegaskan dalam hati. Dalam mazhab Imam Syafi’i, niat puasa wajib dilakukan setiap hari, baik di waktu malam atau saat sahur," jelasnya.

Lebih lanjut Fatihun menjelaskan keutamaan puasa di bulan Ramadan sangatlah besar. 

“Hal ini tercermin dalam hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, di mana Allah SWT berfirman puasa itu untuk aku, dan aku sendiri yang akan membalasnya, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa,” ungkapnya.  

Hadis ini menggambarkan bahwa pahala puasa sangat besar dan hanya Allah yang mengetahui balasan yang diberikan. Oleh karena itu, umat Islam disarankan untuk memanfaatkan waktu selama bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya untuk beribadah, termasuk memanfaatkan waktu tidur untuk mendukung ibadah lainnya, seperti shalat tarawih atau tadarus. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah