Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Fakta Menarik di Balik Proklamasi 17 Agustus 1945

Novianto Ryan R
14/8/2025 10:59
Fakta Menarik di Balik Proklamasi 17 Agustus 1945
Ilustrasi(freepik)

INDONESIA resmi memproklamasikan kemerdekaannya pada Jumat, 17 Agustus 1945. Pembacaan naskah proklamasi dilakukan Ir Soekarno di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Djakarta.

Pembacaan itu dilakukan pukul 10.00 WIB di hadapan masyarakat yang hadir dengan penuh harapan dan semangat baru. Peristiwa ini menandai tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa.

Setelah dijajah selama ratusan tahun, rakyat Indonesia akhirnya mendapatkan berita kemerdekaan dari para pemimpin mereka. Proklamasi ini juga menandai akhir dari pemerintahan Jepang dan Belanda di tanah Indonesia.

Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa kondisi kesehatan Soekarno saat membaca proklamasi tidak baik. Ia sedang mengalami demam akibat malaria tertiana. Kesehatannya menurun sejak malam sebelum proklamasi.

Meskipun merasa menggigil, ia tetap bertekad untuk bangun dan menjalankan tugasnya pagi itu. Soekarno bangkit sekitar pukul 09.00 WIB dengan bantuan beberapa orang terdekatnya. Setengah jam setelahnya, ia keluar rumah bersama Mohammad Hatta. 

Keduanya berdiri di depan mikrofon sederhana dan disambut dengan tepuk tangan dari warga yang hadir. Pembacaan naskah berlangsung kurang dari satu menit. Walaupun pendek, isi kalimat dalam naskah tersebut memiliki makna yang sangat mendalam. Teks itu secara jelas menyatakan Indonesia telah merdeka dengan kekuatan sendiri, tanpa campur tangan dari pihak lain.

Dua Versi Naskah Proklamasi

Teks proklamasi yang kita kenal sekarang ternyata terdiri dari dua versi. Versi awal berupa naskah tulisan tangan yang dikenal sebagai “naskah klad” dan ditulis langsung oleh Soekarno. Ia menyusunnya setelah mendiskusikan isi proklamasi bersama Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo di kediaman Laksamana Maeda.

Versi kedua merupakan naskah hasil ketikan yang dikenal dengan sebutan “naskah otentik”. Naskah ini diketik oleh Sayuti Melik, yang melakukan beberapa perubahan redaksional, seperti mengganti kata “hal2” menjadi “hal-hal” dan “tempoh” menjadi “tempo”.

Tahun 05 di Teks Proklamasi

Di bagian bawah naskah terdapat tulisan “Djakarta, 17-8-’05”. Banyak orang beranggapan bahwa angka “05” merupakan suatu kekeliruan. 

Namun, sebetulnya, angka tersebut mengikuti sistem penanggalan Jepang. Tahun 2605 adalah tahun yang berlaku pada saat itu, karena Indonesia masih berada di bawah pendudukan Jepang.

Suara Soekarno Hanya Rekaman Ulang

Suara Soekarno yang kerap terdengar dalam berbagai dokumenter bukan merupakan rekaman asli tahun 1945. Rekaman itu sebenarnya dibuat ulang pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia, Jakarta.

Jusuf Ronodipuro adalah teknisi yang bertanggung jawab untuk merekam suara ulang itu. Sebab, pada saat proklamasi tidak ada yang merekam suara tersebut. Alat-alat rekaman pada masa itu sangat terbatas. Oleh karena itu, Soekarno diminta untuk membaca ulang teks proklamasi agar rekaman suara dapat dihasilkan.

Bendera Jahitan Fatmawati

Selain teks dan suara, bendera merah putih juga merupakan elemen penting dalam upacara proklamasi. Bendera itu dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno, beberapa hari sebelum peristiwa bersejarah tersebut berlangsung.

Kain yang digunakan untuk bendera diperoleh dari seorang perwira Jepang bernama Chairul Basri. Bendera ini nantinya dikibarkan oleh Latief Hendraningrat dan Suhud, dua pemuda yang mendapat kepercayaan untuk menjalankan tugas pada upacara tersebut.

Kini, bendera tersebut dikenal sebagai Sang Saka Merah Putih dan disimpan di Istana Negara.

Kenapa Proklamasi Dilakukan di Rumah Soekarno?

Awalnya, upacara proklamasi direncanakan berlangsung di Lapangan Ikada, yang sekarang dikenal sebagai kawasan Monas. Namun, rencana ini dibatalkan karena adanya kekhawatiran Jepang akan mengganggu jalannya acara. 

Para pemuda dan tokoh nasional kemudian sepakat untuk melaksanakan proklamasi di kediaman Soekarno. Walaupun tampak biasa, acara tersebut dilaksanakan dengan serius dan dipenuhi antusiasme. 

Warga datang dengan membawa harapan yang baru. Mereka yakin kebebasan bukan sekedar ucapan, melainkan juga suatu perjuangan yang akan terus berlanjut. (ruang guru/Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya