Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kemampuan Terjemahkan Visi-Misi Presiden Jadi Indikator Penilaian Calon Dubes

Devi Harahap
06/7/2025 13:17
Kemampuan Terjemahkan Visi-Misi Presiden Jadi Indikator Penilaian Calon Dubes
Calon Dubes RI untuk Amerika Serikat Dwisuryo Indroyono Soesilo (tengah) berjalan keluar gedung usai mengikuti Uji Kelayakan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Sabtu (5/7/2025).(ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nz)

KOMISI  I DPR masih melakukan uji kelayakan dan kepatutan (Fit and Proper Test) calon duta besar untuk negara-negara sahabat dan organisasi internasional pada hari kedua, Minggu (6/7). Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sukamta mengatakan tak ada tolok ukur yang spesifik dalam penilaian para calon dubes, namun indikator kecocokan dengan negara yang akan ditempati menjadi penilaian dalam menentukan calon duta besar RI untuk negara-negara sahabat.

“Karena yang paling penting adalah kecocokan yang bersangkutan pada daerah atau negara yang dituju,” kata Sukamta di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (6/7).

Setelah menguji kelayakan dan kepatutan, Komisi I DPR bisa memutuskan untuk menerima usulan nama calon dubes sesuai dengan surat presiden, menerima dengan menggeser negara yang dituju, atau dapat pula menolak nama yang diusulkan pemerintah. 

Sukamta menekankan bahwa pihaknya akan menilai kemampuan hingga bagaimana para calon dubes dalam menerjemahkan visi dan misi Presiden Prabowo Subianto terhadap negara menjadi negara tujuan penugasan. 

“Kalau ini negara pemerintahan, tolok ukur itu objektif, tidak melihat background. Kalau memang karena background-nya dia pas, oke itu bisa processed lanjut, tapi kalau apapun background-nya kalau tidak pas ya tidak dilanjutkan,” jelasnya. 

Politisi PKS itu menegaskan bahwa pemaparan visi dan misi yang dijelaskan dalam uji kelayakan itu menjadi salah satu penilaian penting bagi calon dubes yang sekiranya nanti akan diterima, digeser ke negara lain ataupun ditolak sebagai dubes. 

“Tergantung pada apa yang dilihat, dipresentasikan, dan dinilai oleh Komisi I apakah yang bersangkutan ini memang layak untuk menempati di negara yang diusulkan oleh pemerintah,” ucapnya. 

“Atau dalam penilaian Komisi I selama fit and proper test maupun track record-nya mungkin dirasa tidak pas, diusulkan ke negara yang lebih pas, tetap saja diangkat jadi dubes, atau memang tidak fit dan tidak proper untuk menjadi dubes sehingga perlu diusulkan pengganti,” sambungnya.

Pada Minggu hari ini (6/7), Komisi I kembali menggelar uji kelayakan bagi 12 calon duta besar untuk luar negeri pasca hari kedua ini. Mereka nantinya akan dibagi menjadi dua sesi, yakni untuk sesi pertama di pagi hari enam orang dan siang enam orang.

Sebelumnya, Komisi I DPR telah menyelesaikan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) sebanyak 12 dari total 24 calon duta besar, luar biasa, dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk negara-negara sahabat, Sabtu (5/7). 

Wakil Ketua Komisi I DPR Budi Satrio Djiwandono kepada wartawan, Sabtu sore, menuturkan, uji kelayakan dan kepatutan berjalan dengan baik. Sesuai Peraturan Tata Tertib DPR, prosesnya memang berlangsung tertutup. 

Diskusi antara anggota DPR dan calon dubes pun dinilainya berjalan dengan hangat. Paparan-paparan dari para calon duta besar begitu lengkap.

“Tentu kami doakan semoga proses selanjutnya bisa berjalan dengan baik dan lancar untuk 12 orang selanjutnya,” kata Budi. (H-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya