Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Waspadai 14 Kasus Bunuh Diri karena Judi Online dalam 1,5 Tahun

Media Indonesia
19/4/2024 20:45
Waspadai 14 Kasus Bunuh Diri karena Judi Online dalam 1,5 Tahun
Ilustrasi.(Freepik)

SEJAK 2023 hingga saat ini, tercatat sebanyak 14 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri yang dipicu oleh judi online. Masing-masing 10 kasus terjadi di 2023 dan 4 kasus terjadi antara Januari 2024 hingga April 2024. 

Fakta bahwa mereka yang bunuh diri ini sebagian besar berumur antara 19 tahun hingga 30 tahun memberikan gambaran betapa seriusnya masalah yang ditimbulkan judi online bagi anak-anak. "Yang menyedihkan dan sekaligus mengkhawatirkan yaitu salah satu dari korban bunuh diri yang dilaporkan media ialah seorang ibu berumur 50 tahun yang tidak tahan lagi menghadapi tekanan akibat anaknya yang main judi online. Jadi judi ini sudah merusak sendi-sendi keluarga," ujar Rahman Mangussara, Founder Center For Financial and Digital Literacy. 

Jadi, rencana pemerintah membentuk satuan tugas untuk memberantas judi online seperti yang diungkapkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi patut dipresiasi. Namun, menurut Rahman Mangussara, satgas sebaiknya tidak hanya fokus pada memblokiran situs judi online dan penutupan rekening bank yang mereka pakai. Soalnya, terbukti dua hal itu belum memadai. 

Baca juga : Menkominfo: Ruang Digital bakal Bersih dari Judi Online dalam Sepekan

"OJK bilang sudah ribuan rekening bank yang terindikasi dipakai untuk judi online telah diblokir. Faktanya judi online tetap marak, Jutaan situsnya sudah ditutup. Kenyataannya, judi online tetap menjamur. Jadi, yang harus dilakukan ialah mencari sumber masalahnya di hulu, bisa literasinya, dan juga bisa pendidikan di dalam keluarga. Bahkan sebaiknya dilakukan studi yang menyeluruh untuk menemukan sesungguhnya yang membuat anak-anak kita terjerumus. Dengan menemukan pangkal soalnya, kita akan menemukan solusi terbaiknya."

Hal ini sama dengan kasus bunuh diri yang disebabkan oleh terlilit utang pinjol yang jumlahnya jauh lebih banyak. Mesti dicari akar masalahnya latar belakang banyak orang terpaksa berutang di pinjol.  

"Yes, selain masalah literasi, kami menduga ada juga faktor ekonomi. Faktor ekonomi ini mesti diselesaikan secara ekonomi juga, tidak sekadar menutup pinjol ilegalnya." (RO/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya