Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tamsil Ajak Kalangan Terdidik Bersuara atas Ketidaknetralan di Pemilu

Media Indonesia
07/1/2024 18:04
Tamsil Ajak Kalangan Terdidik Bersuara atas Ketidaknetralan di Pemilu
Ilustrasi(Ant)

ASISTEN Pelatih Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaim in (Timnas AMIN) Tamsil Linrung mengajak kalangan terdidik dan yang mengedepankan akal sehat untuk ikut bersuara atas indikasi ketidaknetralan pemerintah dan kecurangan dalam Pemilu 2024. Sudah waktunya kalangan yang memiliki akal sehat untuk menjaga pemilu agar jujur dan adil.

Tamsil mengatakan adanya pertemuan Presiden Jokowi dan Prabowo sebagai bukti ketidaknetralan dalam Pilpres 2024.

Baca juga: Kaesang Tanggapi Makan Malam Jokowi dan Prabowo 

“Sejak awal beliau juga sudah menegaskan akan cawe-cawe (ikut campur) dalam Pemilu,” kata Tamsil yang juga Caleg DPD RI dari Sulawesi Selatan ini, Minggu (7/1).

Sebenarnya, lanjut Tamsil, pertemuan Jokowi-Prabowo bukan satu-satunya bukti ketidaknetralan pemerintah. Ia menjelaskan aparat pemerintahan juga banyak dilaporkan terindikasi membantu pasangan calon tertentu.

“Kalau itu inisiatif mereka sendiri (aparat) harusnya ada teguran. Kalau ada pembiaran berarti memang berasal dari pucuk pimpinannya yang mendorong terjadinya tindakan (keterlibatan) tersebut,” papar Tamsil.

Seharusnya, Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) bertindak atas pelanggaran pasangan calon tertentu ini selama kampanye. Mulai dari dugaan adaya bagi-bagi uang, pemasangan baliho, intimidasi, dan sebagainya.

Baca juga: Jokowi harus Klarifikasi Pertemuannya dengan Prabowo, Airlangga dan Zulhas

Tamsil melihat kelompok masyarakat yang terdidik harus berani bersuara dan melawan makin maraknya perilaku yang menunjukkan ketidaknetralan pemerintah dalam Pilpres 2024.

“Dengan masifnya ketidaknetralan, yang bisa melawan hanya rakyat. Khususnya kalangan akademisi, dari mahasiswa sampai guru besar. Termasuk ormas-ormas Islam Muhammadiyah, NU, dan ormas keagamaan lainnya,” ungkap Tamsil.

Ia mengingatkan ketidaknetralan tidak boleh dibiarkan. Sebab, ini akan merusak dan bertentangan dengan konstitusi. “Kalau ini ada terus bisa menimbulkan disintegrasi bangsa,” ungkap Tamsil. (RO/S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono
Berita Lainnya