Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PERSAINGAN ketat hampir selama setengah tahun antara PDIP dan Gerindra kini menemukan pemenang baru. Temuan survei New Indonesia Research & Consulting menunjukkan elektabilitas Gerindra kali ini berhasil mengungguli PDIP, yakni sebesar 18,7%.
Baca juga: PDIP Resmi Cabut Laporan Terhadap Rocky Gerung
Sebelumnya PDIP selalu menempati peringkat pertama, meskipun sempat anjlok usai heboh Piala Dunia U20. Pelan-pelan elektabilitas PDIP kembali bangkit, tetapi masih tertinggal dari melejitnya Gerindra, kini terpaut tipis yaitu mencapai 18,1 persen.
Merosotnya elektabilitas PDIP berbarengan dengan lonjakan elektabilitas Prabowo Subianto dalam bursa calon presiden. Gerindra menikmati coattail effect dari pencapresan Prabowo hingga melejit dan akhirnya berhasil menggeser dominasi PDIP selama ini.
“Setelah bersaing ketat selama setengah tahun, elektabilitas Gerindra berhasil mengungguli PDIP,” ungkap Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono lewat keterangan yang diterima, Jumat (8/12).
Baca juga: Soal Gibran Langgar Kampanye, PDIP: Bawaslu tidak bakal Berani Menindak
Menurut Andreas, PDIP tengah mengalami turbulensi politik seiring perbedaan langkah di antara para elitenya. Presiden Jokowi yang moncer karier politiknya sejak menjabat wali kota Solo dengan dukungan PDIP kini berseteru dengan ketua umum Megawati Soekarnoputri.
“PDIP yang dua kali berturut-turut memenangkan pemilu ingin mengulang kembali ketiga kalinya atau mencetak hattrick, tetapi tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan Jokowi soal siapa pasangan capres-cawapres yang bakal diusung,” tandas Andreas.
Jokowi yang selama dua periode pemerintahan menggulirkan program-program terobosan khususnya pembangunan infrastruktur menginginkan kepemimpinan nasional berikutnya bisa melanjutkan pondasi yang telah diletakkannya dan menyempurnakannya.
Karena itu Jokowi mendorong agar Prabowo dan Ganjar Pranowo bersatu dalam satu paket, sekaligus mewujudkan persatuan antara partai-partai utama pendukung pemerintah. “PDIP menolak skenario di mana Ganjar hanya mendapatkan tiket cawapres,” lanjut Andreas.
Persoalannya sebetulnya lebih mendalam lagi, di mana PDIP ingin mengatur pemerintahan pasca-Jokowi, yang sulit dilakukan jika Prabowo yang menjadi presiden. “Ganjar lebih bisa dikendalikan dengan memposisikan diri sepenuhnya sebagai petugas partai,” ujar Andreas.
Loyalitas Ganjar kepada arahan PDIP dibuktikan dengan aksi penolakan kehadiran timnas Israel, yang membuat Indonesia akhirnya batal menjadi tuan rumah perhelatan sepak bola tingkat dunia.
“Jika acara seperti Piala Dunia U20 saja digagalkan, bagaimana Ganjar bisa menjamin akan totalitas melanjutkan program-program Jokowi yang lebih besar lagi,” paparnya.
Jokowi kemudian mengalihkan dukungan kepada Prabowo, diperkuat dengan majunya putera sulungnya Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon wakil presiden. Putusan Mahkamah Konstitusi melempangkan jalan bagi walikota Solo yang belum berumur 40 tahun tersebut.
Gerindra yang menjadi motor koalisi juga lebih berhasil menggalang partai-partai lain di Senayan, seperti Golkar yang masih menempati peringkat ketiga elektabilitas sebesar 8,8%. Lalu ada Demokrat (6,6%), PSI (6,4 persen), dan PAN (2,6%).
“Demokrat yang sebelumnya tergabung dalam Koalisi Perubahan memutuskan hengkang dan berbalik mendukung KIM yang hampir seluruhnya beranggotakan partai-partai pro-pemerintah,” jelas Andreas.
PSI yang awalnya mencapreskan Ganjar berbalik arah dan mendukung Prabowo, kini dipimpin putera Jokowi lainnya, Kaesang Pangarep. Selain itu ada partai-partai baru dan non-parlemen lainnya, yaitu Gelora (1,2%), PBB (0,5%), dan Garuda (0,1%).
Selain PDIP, pasangan Ganjar dan Mahfud MD hanya didukung oleh PPP (2,1%), Perindo (1,4%), dan Hanura (0,1%). Sedangkan Anies didukung oleh PKB (7,1%), PKS (4,1%), Nasdem (2,5%), dan Ummat (0,3%).
“Setelah Demokrat keluar, Koalisi Perubahan kini didominasi partai-partai pemerintah, termasuk figur cawapres Muhaimin Iskandar dari PKB,” pungkas Andreas.
Survei dilakukan pada 25-30 November 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89% dan pada tingkat kepercayaan 95%. (P-3)
PDIP berpandangan koalisi politik yang lebih cair di Pilkada ketimbang Pilpres adalah hal yang wajar.
NasDem konsisten dalam konteks mendukung figur Anies maju dalam konteks nasional pilpres, maupun pilkada.
KOALISI Indonesia Maju (KIM) sejak awal telah berkomitmen untuk tetap bersatu dalam pilpres dan pilkada. Komitmen ini semakin kuat saat pilpres usai dan berhasil menjadikan Prabowo Subianto
SEJUMLAH pakar dan aliansi masyarakat sipil menilai praktik cawe-cawe Presiden ketujuh RI, Joko Widodo atau Jokowi kembali terjadi di Pilkada 2024.
Ketua Para Syndicate Ari Nurcahyo mencatat terdapat beberapa episentrum Pilkada 2024 yang jadi peratrungan antara Prabowo Subianto, Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati Soekarnoputri.
Partai politik di daerah tidak selalu searah dengan koalisi partai di tingkat pusat seperti saat pilpres.
Akankah ancaman terkini senasib dengan ancaman-ancaman sebelumnya? Bukan janji tapi sekadar basa-basi? Jika benar dia akan merombak kabinet, siapa saja yang bakal diganti?
Itulah pertaruhan penegakan hukum di negeri ini. Hukum yang wajahnya penuh jelaga. Hukum yang katanya sama untuk semua tapi faktanya beda-beda tergantung siapa yang berpunya dan berkuasa.
Kenapa Mega melakukan blunder seperti itu? Akankah langkahnya justru akan menjadi bumerang?
Betulkah usaha mengawut-awut PDIP makin gencar dilakukan seiring dengan langkah maju KPK menangani kasus Hasto? Siapa yang melakukannya?
Siapa sebenarnya yang menelikung Anies? Seperti apa takdir politik Anies selanjutnya?
Rekomendasi Bakal Calon Kepala Daerah PDIP
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved