Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PENGAMAT Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, penanganan kasus korupsi yang melibatkan Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Henri Alfiandi dan Koordinator Administrasi (Koorsmin) Kepala Basarnas Letnan Kolonel Afri Budi Cahyanto, paling tepat diselesaikan dengan peradilan koneksitas.
Dijelaskan Khairul, secara normatif, baik KPK atau TNI masing-masing memiliki landasan untuk mengklaim kewenangannya. KPK memiliki kewenangan dalam pemberantasan korupsi di kalangan penyelenggara negara, terutama para pimpinannya tidak boleh lupa selain kewenangan yang diatur oleh pasal 11 UU KPK.
Namun KPK harus memperhatikan pasal 42 UU KPK yang berbunyi, 'Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan bersama-sama oleh orang yang tunduk pada peradilan militer dan peradilan umum'.
Baca juga: KPK tidak Boleh Menganulir Keputusan Tersangka
"Walaupun KPK adalah otoritas dalam pemberantasan korupsi sebagaimana diatur UU, sejauh ini selain Pasal 42, tidak ada regulasi lain yang mengatur kewenangan mereka dalam penanganan perkara yang tersangkanya adalah prajurit TNI," tutur Khairul.
"Nah karena kasus ini melibatkan sipil dan prajurit aktif maka yang paling mungkin hanya penanganan secara koneksitas sesuai Pasal 42 UU KPK dan Pasal 91 KUHAP. Tapi itupun tentu harus dikoordinasikan lebih dulu," imbuhnya.
Baca juga: Penetapan Tersangka Korupsi Basarnas Sesuai Prosedur, Pimpinan KPK Tanggung Jawab Penuh
Lebih jauh, Khairul menyebut perdebatan dan adu tafsir kewenangan semacam ini bukan pertama kali terjadi. Sayangnya selama ini Mahkamah Agung, pemerintah maupun DPR tampaknya kurang political will untuk mengakhirinya dan memberi kepastian dengan sinkronisasi dan agenda perubahan UU.
"Jadi saya kira perdebatan ini juga residu masalah yang terjadi karena belum tuntasnya sejumlah agenda reformasi, baik reformasi hukum maupun reformasi sektor keamanan. Sementara, negara ini jelas harus dikelola lewat regulasi yang ada. Bukan lewat wacana dan dialektika tiada akhir," tegasnya.
Dia menjelaskan, bila kemudian KPK dan Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI tidak menemui kesepakatan untuk terciptanya peradilan koneksitas, KPK dan Puspom TNI harus tetap mampu menjalin kerja sama dalam mengusut tuntas kasus ini.
Khairul menyebut, kerjasama yang terjalin antara KPK dengan Puspom TNI dalam menangani perkara korupsi sejatinya pernah dilakukan, semisal pada kasus korupsi yang menimpa instansi Bakamla beberapa tahun lalu.
"Nah sebelumnya, pada kasus korupsi di Bakamla yang juga bermula dari OTT dan melibatkan prajurit TNI aktif, KPK dan Puspom TNI justru bisa dibilang cukup mampu bekerjasama dengan baik dan perkaranya tuntas di dua lembaga peradilan, di mana pelaku dari TNI diproses dan disidangkan melalui mekanisme peradilan militer," tuturnya.
Berbicara terkait keraguan masyarakat akan keadilan dalam penanganan kasus korupsi TNI aktif dengan hukum militer, Khairul mengatakan ini seharusnya menjadi momentum bagi Propam TNI untuk menepis persepsi dan stigma itu dengan penanganan yang fair, imparsial dan transparan.
"Ada persepsi dan stigma yang terbentuk berdasar pengalaman masa lalu bahwa mekanisme peradilan militer punya kecenderungan 'protektif' terhadap prajurit TNI yang melakukan perbuatan melawan hukum. Di antaranya karena proses maupun eksekusi putusannya yang dinilai kurang transparan," tutur Khairul.
"Nah sejauh belum ada ketentuan yang bisa mengakhiri segala macam perdebatan dan keraguan itu, saya kira ini justru momentum bagi TNI untuk menepis persepsi dan stigma itu dengan sekali lagi menunjukkan komitmen konkritnya dalam penegakan hukum bagi prajurit melalui penanganan yang fair, imparsial dan transparan," tukasnya. (Rif/Z-7)
ANGGOTA Komisi I DPR RI dari Fraksi PKB Oleh Soleh meminta rencana Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk merekrut 24 ribu prajurit baru dikaji secara matang dan mendalam.
Pengamanan dari TNI-Polri tidak hanya kepada institusi kejaksaan, tetapi juga kepada para jaksa yang merupakan bagian dari aparat penegak hukum.
Kristomei juga menegaskan bahwa segenap framing dan narasi sesat yang dibuat tanpa dilengkapi data/fakta kredibel, tendensius, dan tidak objektif yang bertebaran di ruang publik.
Dengan sorot mata berkaca-kaca, Panglima mengenang sosok ayahnya yang penuh dedikasi sebagai seorang Babinsa dan Danru.
Menurut Fahmi, prinsip dasar dari terbentuknya perpres tersebut harus didukung yakni mengerahkan TNI untuk melindungi seluruh komponen Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam menjalankan tugas.
Ia mengkritisi, dana hibah yang selama ini diberikan kepada forkopimda kurang berdampak untuk mengatasi persoalan tawuran di DKI Jakarta.
KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) mengulik kepemilikan aset tersangka kasus dugaan rasuah pengadaan truk angkut personel dan rescue carrier vehicle atau kendaraan Basarnas.
Teknologi Night Vision Goggle (NVG) adalah perangkat optik yang memungkinkan penggunanya melihat dalam kondisi minim cahaya
KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil Kepala Baguna Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Max Ruland Boseke hari ini, 19 Desember 2023.
MARAKNYA desakan Revisi UU Peradilan Militer terus mencuat. Pasalnya, selama Oktober 2021-September 2022 terdapat 65 perkara yang diadili di peradilan militer
Basarnas berada di bawah Kementerian Perhubungan. Karena itu, KPK yakin bisa menangkap tersangka kasus dugaan korupsi suap pengadaan barang dan jasa di Basarnas
PANGLIMA TNI Laksamana Yudo Margono memastikan tidak ada istilah dana komando (dako) di internalnya. Pasalnya, dako menjadi kode
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved