Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
TEKNOLOGI Night Vision Goggle (NVG) adalah perangkat optik yang memungkinkan penggunanya melihat dalam kondisi minim cahaya, bahkan dalam gelap total, dengan mengandalkan pencahayaan inframerah atau cahaya remang-remang di sekitarnya.
Teknologi ini sering digunakan oleh militer dan tim penyelamat di seluruh dunia untuk menjalankan operasi pada malam hari atau di lingkungan dengan visibilitas rendah.
Dengan NVG, penyelamat dapat mendeteksi objek atau orang yang membutuhkan bantuan tanpa bergantung pada sumber cahaya eksternal, sehingga sangat efektif untuk misi pencarian dan pertolongan (SAR).
Baca juga : Mengenal Perbedaan Egg Freezing dan Sperm Freezing, Teknologi Apakah Itu?
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) kini berupaya meningkatkan kapabilitas tim penyelamat dengan mengintegrasikan teknologi NVG dalam operasinya.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperluas jangkauan operasi SAR hingga malam hari, yang sebelumnya terbatas oleh kurangnya kemampuan melihat dalam kondisi gelap.
"Itu program saya selanjutnya, ke depan upgrade untuk night flight operations search and rescue," ungkap Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Kusworo, Senin (14/10).
Baca juga : Berdayakan Nelayan NTT dengan Program Desa Energi Insight
Menurut Kusworo, penerapan teknologi NVG sangat diperlukan mengingat operasi SAR Basarnas saat ini terbatas pada siang hari akibat keterbatasan teknis dan pelatihan.
Untuk mewujudkan visi ini, fokus utama diberikan kepada penerbang Helikopter AW-139, yang menjadi komponen utama dalam operasi pencarian dan pertolongan malam hari.
Selama kunjungannya ke ACE Training Centre di Sydney, Kusworo menekankan pentingnya kolaborasi dengan pusat pelatihan terkemuka tersebut untuk meningkatkan kemampuan personel SAR Indonesia.
Baca juga : Petani Purbalingga Diminta Melek Teknologi Hadapi Perubahan Cuaca
ACE Training Centre adalah institusi pelatihan yang direkomendasikan oleh produsen Helikopter AW-139, Leonardo, dan memiliki fasilitas serta pelatihan yang relevan dengan kebutuhan Basarnas.
"Kolaborasi dengan ACE ini akan sangat penting untuk pelatihan terkait kedaruratan," ujar Kusworo.
Sebagai bagian dari pelatihan tersebut, penerbang Helikopter AW-139 akan menjalani latihan menggunakan simulator helikopter yang dirancang untuk mempersiapkan mereka menghadapi berbagai skenario penyelamatan, termasuk dalam kondisi malam hari.
Baca juga : Petani Diminta Melek Teknologi Hadapi Perubahan Cuaca
Simulasi ini memungkinkan penerbang berlatih dalam situasi darurat yang sulit dilakukan dengan helikopter asli, termasuk manuver-manuver kritis dan penyelamatan dalam gelap.
"Supaya lebih komprehensif, the first step itu pilot yang kita latih dulu untuk kompetensi dan profesionalitasnya, yang dikombinasikan dengan pelatihan Crew Resources Management (CRM).
Secara bertahap, kru atau personel lain akan menyusul," jelas Kusworo.
Head of Training and Checking of ACE Training Centre, Timothy Witendan, menyambut baik kerja sama ini dan mendukung penuh peningkatan kompetensi tim SAR Basarnas.
Menurutnya, pendekatan pelatihan yang dimulai dengan simulator sangat tepat, mengingat risiko tinggi yang dihadapi dalam operasi malam hari.
"Memang paling pas memulai dengan simulator dulu, lalu kita latih dengan helikopter sungguhan," ujar Tim.
Dengan adopsi teknologi NVG dan peningkatan pelatihan yang berkelanjutan, Basarnas berharap dapat memperluas kemampuan operasionalnya sehingga mampu merespons kondisi darurat lebih cepat dan efektif, baik siang maupun malam hari. (Z-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved