Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Manuver Politik Praktis Sandiaga Uno Temui Jalan Buntu

Media Indonesia
11/5/2023 09:59
Manuver Politik Praktis Sandiaga Uno Temui Jalan Buntu
Menparekraf Sandiaga Uno menghadiri acara Silaturahim Akbar Peringatan Harlah Ke-50 partai itu di Stadion Kridosono, Kota Yogyakarta.(ANTARA/Luqman Hakim)

SEBAGAI politikus muda, Sandiaga Salahudin Uno memiliki hasrat menggebu untuk maju menjadi calon wakil presiden (cawapres) dalam pemilihan pressiden (pilpres) 2024 mendatang.

Berbagai upaya terus dilakukan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

Bahkan Sandiaga rela meninggalkan Partai Gerindra dan mencoba mendapatkan tiket dari PPP.

Baca jugaDemokrat Tak Suka Ide Sandingkan Anies dengan Sandiaga Uno

Kini Sandi menggoda PKS dengan gimik ingin balik dan berjuang bersama parpol pimpinan Ahmad Syaikhu.

Proposoal PPP Ditolak PDI-P, Sandi Ingin Gabung PKS

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai Sandiaga yang ingin bergabung dengan PKS menunjukkan indikasi gagalnya pengajuan proposal PPP kepada PDI-P.

Proposal yang dimaksud adalah PPP menawarkan Sandiaga ke PDI-P sebagai bacapres pendamping Ganjar Pranowo. Namun, karena diduga ditolak, Sandiaga pun langsung gerak cepat bermanuver dan mendekatkan diri ke partai lain, yaitu PKS.

Baca juga: Alasan Demokrat Tolak Wacana PKS Sandiaga Cawapres Anies

"Manuver dari Pak Sandi sebenarnya ini mengindikasikan bahwa proposal cawapres yang diajukan oleh PPP kepada PDI-P sudah ditolak," kata Umam dalam keterangan tertulisnya, Kamis (11/5).

Megawati Tentukan Pendamping Ganjar

Umam meyakini bahwa Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri turut menentukan sosok bacapres pendamping Ganjar. Jika begitu, proses pencapresan bagi PDI-P bukan ditentukan oleh komunikasi dalam koalisi yang egaliter.

Baca juga: Sandiaga: Komunikasi Paling Intens dengan PPP

"Tetapi, akan ditentukan oleh Bu Mega. Nah itulah kenapa kemudian PPP tidak memiliki hak veto secara politik untuk menentukan siapa cawapres untuk mendampingi Ganjar," ujar Umam.

Lebih dari itu, Umam mengatakan, gagalnya proposal tersebut semakin jelas dari pernyataan PPP yang siap dan ikhlas apabila cawapres tidak dari internal partai mereka.

Dalam situasi ini, Umam menyebut Sandiaga membutuhkan kepastian dalam karier politiknya ke depan terkait Pilpres 2024.

Oleh karena itu, Sandiaga dinilai mulai mencari alternatif selain PPP demi memuluskan tujuan politiknya pada Pilpres mendatang. Caranya, yakni mulai bermanuver mendekati PKS.

Baca juga: Tidak Kunjung Gabung PPP, Sandiaga: Saya Enggan Terburu-buru

Di sisi lain, Umam mengingatkan bahwa PKS sudah mengusung Anies sebagai bacapres bersama Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

"Dia ingin mengulang duet Anies-Sandi melalui pendekatan dengan PKS. Model pendekatannya apa? Enggak akan lebih dari dua strategi, pertama transaksional. Kedua, skema naturalisasi yang juga dia lakukan, gimik itu dulu di 2019," jelasnya.

Sandi Pernah Punya Niat Masuk PAN

"Dulu, dia (Sandi) bilang, nanti saya akan keluar dari Gerindra akan masuk ke PAN, ternyata juga enggak kejadian. Dia tetap mencari zona nyaman yang bisa men-secure kepentingan dia," ujar Umam lagi.

Diberitakan sebelumnya, Sandiaga melempar sinyal bahwa dirinya ingin bergabung dengan PKS usai pamit dari Partai Gerindra. Sandiaga menyatakan dirinya ingin kembali berjuang bersama dengan PKS.

Baca juga: Peluang Ganjar Berduet dengan Sandiaga Tetap Terbuka

Sandi mengaku sudah berjuang berkali-kali bersama PKS di dunia politik. Menurutnya, PKS sudah terbukti selalu berjuang dengan hati.

“Rasanya kepengen saya berjuang kembali bersama teman-teman PKS,” ujar Sandiaga kepada awak media.

Namun perjuangan Sandiaga untuk merapat ke parpol berbasis Islam ini juga berpotensi mendapatkan tentangan dari sebagian besar petinggi PKS.

Sandi Hadiri IPO Perusahaan Miras

Sebab Sandiaga pernah mendukung dan menghadiri IPO perusahaan miras Daebak Soju dan Daebak Sparks di BEI Januari 2023 yang lalu.

Beberapa waktu yang lalu pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah pernah memprediksi kehadiran Sandiaga tersebut bisa menjadi bumerang bagi dirinya untuk maju dalam konstestasi Pemilihan Presiden 2024.

Langkah Sandiaga yang mendukung dan bangga atas IPO perusahaan miras di BEI ini merupakan kebijakan yang tak hanya sekadar inkonsisten.

Baca juga: Keluar dari Gerindra, Sandiaga Berpeluang Dilengserkan dari Jabatan Menteri

Namun juga membuat publik bingung. Ketika hendak memimpin Jakarta bersama Anies, Sandiaga sangat antiterhadap maraknya maksiat di Jakarta.

 Mereka pernah berencana melarang penjualan miras di Jakarta dan saham Delta Djakarta.

"Saat itu mereka kan ingin mewujudkan Jakarta sebagai kota halal. Bahkan saat itu mereka menutup Alexis. Namun kenyataannya kini setelah Sandiaga menjadi Menteri Parekraf, semua kebijakan yang ia janjikan selama memimpin Jakarta diabaikan," jelas Trubus.

"Kelihatan kebijakan Anies dan Sandiaga saat itu sarat kepentingan politik semata. Tidak kosistensi dalam menjalankan kebijakannya," katanya.

"Bahkan idealisme Sandiaga untuk mewujudkan Jakarta yang bebas miras tak ada. Jargon membuat Jakarta sebagai kota bebas miras dan maksiat saat itu terbukti hanya dipergunakan untuk mencari panggung untuk memenangkan Pilgub DKI," kata Trubus beberapa waktu yang lalu.

Lanjut Trubus, melihat sepak terjang Sandiaga mendukung emiten berkode BEER ini akan berdampak signifikan terhadap loyalisnya yang berasal dari umat Islam selama ini mendung.

Baca juga: Usai Resmi Usung Ganjar, PPP Tawarkan Sandiaga Jadi Cawapres?

Sebab para pemilih akan melihat cara pandang politik dan konsistensi kebijakan pemimpinnya. Langkah yang dilakukan Sandiaga menurut Trubus pasti akan mencederai perasaan pendukungnya.

"Selama ini dukungan suara Sandiaga kan berasal dari pemilih religius. Langkah Sandiaga mendukung IPO miras Cap Tikus 1978 akan sangat berdampak pada pendukungnya," kata Trubus.

"Sebab publik akan melihat pemimpin dari transaparansi, konsistensi dan negarawan. Sandiaga belum mengarah ke calon pemimpin yang ideal bagi publik," ujarnya.

"Sekarang Sandiaga tak memiliki dukungan publik yang kuat lagi. Apa lagi ia saat ini renggang dengan Gerindra," ucap Trubus. (RO/S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya