Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Hadiri Peringatan Dua Dekade Bom Bali, Yenny Wahid dan Densus 88 Sepakat Kemanusiaan Harus Dilindungi

Mediaindonesia.com
12/10/2022 14:53
Hadiri Peringatan Dua Dekade Bom Bali, Yenny Wahid dan Densus 88 Sepakat Kemanusiaan Harus Dilindungi
Peringatan 20 tahun Bom Bali I(MI/HO)

DETASEMEN Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menggelar upacara untuk memperingati dua dekade (20 tahun) peristiwa Bom Bali I. Dalam kegiatan yang dipusatkan di Nusa Dua, Bali itu, Densus 88 Polri dan sejumlah tokoh menyuarakan tema Harmony in Diversity untuk memperingati tragedi kelam tersebut. 

Dalam kesempatan itu, Aktivis Sosial Yenny Wahid didapuk untuk memberikan sambutan. Dalam pesannya, Yenny menceritakan pesan alrmahum ayahnya, yakni Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur.

Ia mengenang, semasa hidup, Gus Dur pernah berkata, Tuhan tidak butuh pembelaan, karena Dia Maha Perkasa. Justru yang perlu mendapat pembelaan adalah makhluk Tuhan lain dari kekejaman makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Baca juga: BNPT dan PT Pupuk Kaltim Berikan Bantuan Ke 4 Anak Korban Terorisme

Ungkapan itu, lanjutnya, menjadi bukti pada 20 tahun yang lalu ketika Indonesia menyaksikan kekejaman makhluk Tuhan terhadap satu sama lain, yang dilakukan atas nama-Nya, dalam bentuk serangan bom.

"Bom Bali merenggut nyawa 202 orang tidak bersalah dan 88 di antaranya adalah warga Australia," kata Yeny di Pantai Merusaka Bali, Rabu (12/10).

Menurutnya, tragedi itu tidak hanya menimbulkan korban fisik, tetapi juga penderitaan mental yang begitu dalam, baik kepada korban langsung, maupun bangsa dan dunia.

Bagi banyak orang, hidup tidak lagi sama setelah bom Bali. Ekonomi menjadi sulit, tatanan sosial terancam. 

"Filosofi Bhineka Tunggal Ika kita dipertanyakan. Keyakinan kami pada sifat damai agama, dikhianati," tekannya.

Ia menambahkan, sebagai seorang Muslim, ajaran Islam yang telah ia terima sedari kecil, yang mendikte semua kehidupan adalah suci, dicabik-cabik secara brutal. Dua puluh tahun yang lalu, orang terbunuh dan terluka, secara fisik, mental, sosial, ekonomi, nasional, dan global.

"Tapi, hari ini, kita berkumpul di sini untuk menunjukkan bahwa kita bisa bangkit kembali," katanya.

Kini, lanjutnya, orang Indonesia berdiri berdampingan dengan saudara-saudara dari bangsa lain di Bali, tidak tergoyahkan dalam upaya tanpa henti untuk memerangi terorisme. 

Bersama dengan negara-negara lain, warga Indonesia bergandengan tangan dalam mengejar dunia yang adil dan damai di mana orang-orang aman, sejahtera, dan bahagia.

"Kami menolak jika filosofi persatuan dalam keragaman kami dicabik-cabik. Kami menolak agama damai kami dibajak, kami menolak cara hidup hidup berdampingan secara damai dicabut," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Densus 88 Antiteror Polri Irjen Marthinus Hukom menyampaikan, Indonesia memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk bisa bergandengan tangan menciptakan perdamaian tanpa kekerasan serta menjaga keamanan bagi setiap orang.

Ia berpandangan, untuk menciptakan keadaan damai, diperlukan kerja sama lintas sektor, baik pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat maupun tokoh agama, dan dukungan kerja sama masyarakat umum.

"Karena tanpa itu semua cita-cita bersama mewujudkan perdamaian itu sulit tercapai," kata Irjen  Marthinus.

Menurutnya, sering kali aksi terorisme berdasar pada rasa ingin mencari pengakuan tentang martabat, tetapi melupakan hal lain yang beririsan dengan martabat itu, bahwa setiap manusia mempunyai hak yang sama untuk dihargai oleh orang lain.

"Ketika kita merasa martabat kita lebih tinggi, maka di situlah terjadi superioritas dan kita akan menzolimi orang lain," tegasnya. (RO/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya