Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
WAKIL Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyaksikan langsung 15 mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) yang ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Hari ini mereka berdiri dan berikrar hormat kepada bendera Merah Putih, ini adalah gestureyang sangat penting bagi seluruh elemen masyarakat," ujarnya di sela menyaksikan ikrar setia anggota JI di Kantor Gubernur Jatim di Surabaya, Senin (8/8).
Menurut dia, adanya proses baiat dan ikrar setia pada NKRI berlandaskan kesungguhan untuk mewujudkan kedamaian yang dapat dicapai sebagai pemeluk agama di Indonesia. Orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut meyakini bahwa ikrar setia kepada NKRI adalah upaya terbaik mencegah menjamurnya paham yang bertentangan dengan prinsip-prinsip negara.
Emil Dardak turut juga menyampaikan apresiasi kepada Satgasmil Jatim Densus 88 Antiteror yang berkolaborasi dengan Intel Polda Jatim serta seluruh pemangku kebijakan atas kerja keras dilakukan. Mantan Bupati Trenggalek itu juga menyampaikan bahwa agenda ini akan membawa seluruh elemen masyarakat dalam bingkai NKRI.
"Bukan saja hari ini bersejarah karena berikrar kembali kepada NKRI dan Pancasila, tapi Insya Allah juga kepada Islam yang haqiqi dan akan membawa ke jalan lebih baik," tutur dia.
Sementara itu, Wakapolda Jatim Brigjen Slamet Hadi Supraptoyo mengatakan bahwa agenda ini merupakan momentum mendukung tekad dan komitmen, serta usaha semua pihak dalam memerangi bahaya radikalisme. "Kepada anggota JI yang telah berikrar kami akan menjamin keselamatan dan kemerdekaan sebagai Warga Negara Indonesia. Marilah kita semua berpartisipasi aktif menjaga dan merawat kebhinnekaan yang telah diwariskan para pendahulu," katanya.
Di tempat sama, Direktur Identifikasi Sosial Densus 88 Antiteror Brigjen Arif Makhfudiharto mengharapkan kepada seluruh elemen untuk selalu mendampingi warga yang mengikrarkan diri setia kepada NKRI. "Kami mohon kepada bapak dan ibu di Pemprov maupun dari Forkopimda Jatim untuk tetap selalu mendampingi sehingga mereka bisa maju dan memberikan hal positif bagi negara, bangsa serta penerus generasi nantinya," tutur dia. (Ant/OL-15)
FPHW secara tegas menolak berkembangnya organisasi masyarakat yang teridentifikasi dan menganut paham intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Pancasila dan khilafah tidak bisa hidup berdampingan di Indonesia. Salah satunya harus dikorbankan.
SOSOK Prof Yudian Wahyudi menjadi salah satu lulusan pesantren yang berhasil di dunia akademik. Dari Pesantren Termas di Pacitan, Jawa Timur.
KARENA Indonesia negara multikultural, munculnya potensi radikalisme menjelang pilkada serentak 9 Desember 2020 masih sangat tinggi.
Paham radikalisme tumbuh subur di masyarakat karena tidak sedikit orang yang baru belajar agama tidak mampu menafsirkan ilmu itu dengan baik.
Kelompok teroris tersebut bahkan telah melakukan penggambaran untuk serangan tersebut.
TERORIS merupakan ancaman serius yang setiap saat dapat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara serta kepentingan nasional.
Ia pun berpesan kepada masyarakat, terutama generasi penerus bangsa agar terus berpegang tangan menjaga ideologi bangsa dari paham intoleransi dan radikalisme.
“Kita harus mewaspadai akan adanya transnasional ideologi terutama adalah intoleransi dan radikalisme yang bertentangan dengan jati diri bangsa,” tegasnya.
Tugas guru bukanlah sekadar memberikan pelajaran pada anak murid, melainkan mengajarkan budi pekerti dan pendidikan karakter pada mereka.
Dalam konteks inilah, generasi muda dari para relawan duta damai ini diharapkan mampu untuk berperan aktif dalam membendung konten dan narasi kekerasan
Pengasuh Ponpes Al-Muayyad Windan, Sukoharjo, menuturkan bahwa yang dilihat dan dibaca oleh orang-orang adalah tutur kata, pola pikir, pola sikap.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved