Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Densus 88 Ingin Sejahterakan Eks Napiter

Mediaindonesia.com
15/10/2021 20:10
Densus 88 Ingin Sejahterakan Eks Napiter
(ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

PENYINTAS terorisme Hendi Suhartono ikut mengomentari pernyataan Fadli Zon perihal pembubaran Densus 88 Aniteror Polri. Menurut dia, jika tak ada Densus 88, tidak ada satuan khusus yang memberikan pendampingan dan mencarikan solusi kepada mantan napi terorisme.

"Kalau Densus enggak ada, orang-orang seperti saya dulu, orang-orang yang akal siapa yang mau pegang, siapa yang mau tandem. Karena memang harus ada satuan khusus," ucap Hendi dalam diskusi yang digelar Jakarta Journalist Center bertajuk Kenapa Densus 88 Penting, Jumat (15/10)

Ia mengatakan bahwa ketika keluar di dalam lembaga pemasyarakatan (LP), para narapidana kasus terorisme bisa saja kembali bergabung menjadi radikal jika tak ada pendampingan dan pemberian solusi yang diberikan Densus 88.

Baca juga: Fadli Zon Minta Densus 88 Dibubarkan, Polri: Tetap Bekerja

"Siapa yang menanggani mereka mereka (napiter) yang kembali nakal. Karena di dalam ini, orang itu dapat ilmu seperti sekolah, yang tadinya cuma bisa satu setelah dia bergabung bisa lima ilmunya. Siapa yang menangani ini. Yang pulang bareng saya saja itu dua bulan, setelah pulang bisa berhasil lagi, siapa yang mau menangani kalau Densus enggak ada," ucap Hendi.

Hendi pun menceritakan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Irjen Martinus Hukom yang pernah membantunya di awal-awal menjalani kehidupannya seusai bebas.

Martinus kata Hendi bahkan membantu dari mulai pembangunan TK hingga pendirian Yayasan Hubul Wathon Indonesia.

"Setelah TK diresmikan. Ketika itu Pak Martinus memberikan tantangan kepada saya, 'Bisa enggak membuat wadah orang-orang seperti kamu bisa sejahtera?' Setelah tantangan beliau tadi, saya kumpulkan teman-teman, kita buat Yayasan Hubul Wathon, Cinta Tanah Air," kata Hendi

"Alhamdulillah disupport beliau (Martinus) pendirian yayasan ini. Beliau tidak hanya istilahnya menanam, tidak, tapi kita dipantau."

Bahkan ia mengingat pernyataan Martinus yang ingin menyejahterakan para mantan napiter. "Saya ingat betul yang pak Martinus katakan, 'Tolong selama saya jadi Kadensus, saya ingin menyejahterakan orang-orang yang pernah saya tangkap'. Selalu saya ingat, syarat jangan nakal. Dia itu tidak terlalu mempermasalagkan apakah dia ISIS, orang ini apa yang penting jangan 'nakal."

Karena itu ia merasakan bantuan Densus 88 sehingga dirinya kembali diterima dengan masyarakat dengan baik. "Saya mengalami sendiri saat kembali ke masyarakat mereka acuh, karena itu di hati ada dendam. Kalau cuma dipantau lembaga negara enggak akan bisa. Sakit hati kita, saat berbuat baik, diomongin sakit hati. Inilah faktor makanya ada yang kembali ke garis keras," kata Hendi

Ia pun menilai bahwa cara yang dilakukan Kadensus bukanlah menyentuh fisik, melainkan mengunakan hati. "Bukan badan kita tapi hati kita disentuh, dengan hati cepat selesai. Yang saya saya lihat terutama Pak Martinus itu melihat sesuatu tidak hanya dari satu sisi tapi lebih kedepankan hati, dari hati semua akan bisa jadi lebih baik," katanya.

Ia pun menilai bahwa kerja Densus 88 selama ini tidak setengah hati. "Dari itu kita sudah menilai bahwa selama ini Densus tidak setengah hati, tidak dibuat langsung ditinggal sampai dipantau, bahkan sampai kita bisa mandiri. Alhamdulillah kita bisa mandiri," tandasnya. (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : MEGAPOLITAN
Berita Lainnya