Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Letak Geografis Kaltara Akibatkan Kerawanan Radikalisme dan Terorisme

Mediaindonesia.com
26/8/2021 00:05
Letak Geografis Kaltara Akibatkan Kerawanan Radikalisme dan Terorisme
Ilustrasi(ANTARA/Mohamad Hamzah)

Letak geografis Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Sabah dan Serawak, Malaysia, serta dekat dengan Filipina Selatan sehingga daerah ini cukup rawan dari berkembangnya radikalisme dan terorisme.

"Sebenarnya, dengan posisi geografis seperti ini, Kaltara juga rawan terhadap berbagai tindak kejahatan lain, termasuk penyelundupan serta peredaran narkoba," kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara Datu Iskandar Zulkarnaen di Tanjung Selor, Rabu (25/8).

Hal itu diutarakan Iskandar yang juga Kepala Biro ANTARA Kaltara dalam sosialisasi tentang "Peran Masyarakat dan Media dalam Mencegah Paham Ekstrimisme, Radikalisme, dan Terorisme" kerja sama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kaltara dengan FKPT Kaltara.

Kegiatan itu merupakan bagian dari Rencana Aksi Nasional Penanggulangan dan Pencegahan Ekstrimisme (RAN PE).

Kaltara yang memiliki garis perbatasan sepanjang 1.098 Km dihadapkan dengan berbagai kelemahan (infrastruktur, sarana perhubungan dan personil) sehingga terdapat ribuan pintu masuk-keluar atau disebut "jalur tikus".

Hal itu menyebabkan Kaltara rawan terhadap berbagai ancaman bukan saja radikalisme dan terorisme namun tindak kejahatan lain, misalnya penyelundupan atau peredaran narkoba melibatkan sindikat internasional.

Dengan posisi geografis itu, maka Kaltara menjadi salah satu tempat persinggahan pelaku terorisme di Indonesia.

Rutenya melalui jalur laut dari Mindanao Filipina lalu ke wilayah Sabah Malaysia dan menyusup ke Indonesia lewat Kaltara.

Seperti pengakuan seorang tersangka terorisme yang ditangkap di Pulau Jawa masuk melalui Sungai Nyamuk, Sebatik, pada 1996.

"Mengatasi hal itu, maka perlu dukungan semua pihak dalam menyampaikan berbagai informasi kerawanan, khususnya media massa sehingga segera bisa diambil langkah dini pencegahannya," kata dia. (Ant/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya