Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Wapres Ungkap Berita Click Bait di Tengah Pandemi Bisa Picu Perpecahan

Emir Chairullah
25/7/2021 09:07
Wapres Ungkap Berita Click Bait di Tengah Pandemi Bisa Picu Perpecahan
Wapres Ma'ruf Amin(Setwapres)

PERAN media sangat krusial dalam menyampaikan kritik yang membangun terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah termasuk melakukan cek fakta di lapangan atas hoaks maupun disinformasi yang ada.

Sayangnya, ungkap Wakil Presiden Ma’ruf Amin, saat ini masih ada media yang mengabaikan kode etik jurnalistik, bahkan mengamplifikasi informasi yang tidak benar demi meraih click bait atau "umpan klik" demi menggaet pembaca.

“Misalnya dengan judul berita yang membuat orang tertarik padahal kontennya berbeda, sehingga ramai beredar tanpa didukung verifikasi dan fakta yang mumpuni,” ujar Ma’ruf saat acara Persatuan Wartawan Indonesia Bermunajat yang digelar secara daring, Sabtu (24/7).

Ma’ruf menyebutkan, pemerintah hingga hingga 16 Juli mencatat temuan sebanyak 2.027 isu hoaks covid-19, vaksin covid-19 dan PPKM darurat dengan total keseluruhan persebaran berjumlah 5,835 konten hoaks dan disinformasi. Angka tersebut hanyalah identifikasi terhadap isu terkait covid-19 termasuk penyebaran berita dengan konteks yang tidak tepat atau click bait oleh masyarakat.

“Situasi demikian tidak hanya akan memancing kesalahpahaman, menciptakan keresahan, namun juga dapat memicu perpecahan dan melemahkan eksistensi pers Indonesia sebagai pers pemersatu,” ujarnya.

Baca juga: Polri Tindak Tegas Penyebar Hoaks yang Ganggu Pemerintah Tangani Covid-19

Namun demikian, tambah Ma’ruf, dirinya percaya PWI, Dewan Pers serta asosiasi media dan persatuan jurnalis yang dinaunginya beranggotakan insan pers yang menjunjung tinggi kode etik jurnalistik.

Selain terus memegang teguh prinsip-prinsip dan kode etik jurnalistik, jurnalisme juga perlu untuk terus berempati.

“Berempati pada tenaga kesehatan yang berjibaku di garda terdepan melawan covid-19, terhadap para penderita covid-19 dan berempati pula terhadap aparat yang tak kenal lelah melakukan edukasi masyarakat tentang bahaya covid-19 dan mengamankan pelaksanaan PPKM. Pun berempati terhadap masyarakat yang terdampak oleh pandemi covid-19,” paparnya.

Ma’ruf mengakui, jurnalis menjadi ujung tombak penyampaian beragam informasi tentang covid-19. Mulai dari edukasi mengenai pentingnya disiplin terhadap protokol kesehatan, perkembangan covid-19, pelaksanaan PPKM Darurat, pelaksanaan vaksinasi, hingga dukungan pelayanan kesehatan, maupun pemberitaan peristiwa lainnya.

“Saya sangat mengapresiasi rekan-rekan media yang selalu menerapkan kode etik jurnalistik dalam melakukan pemberitaan dengan baik, obyektif, berimbang, benar, dan bertanggung-jawab. Saya juga berharap agar cara-cara pemberitaan yang demikian dapat terus dipertahankan dan dikembangkan demi persatuan bangsa, kecerdasan masyarakat, dan kemajuan bersama,” ungkapnya.

Ma’ruf juga mendorong insan pers dan media untuk terus meningkatkan partisipasinya dalam program vaksinasi ini. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, hingga 16 Juli 2021, terdapat 22.700 insan pers juga media yang telah mendapatkan dosis vaksin yang pertama dan 14.385 orang telah menerima dosis yang kedua.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya