Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
MANTAN Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dinilai telah mengapitalisasi persoalan dengan menyolek Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin lewat media sosial Twitter. Cicitan Pigai dilakukan pada Minggu (24/1) lalu usai mendapatkan serangan rasisme dari politisi Partai Hanura Ambroncius Nababan.
"Kapitalisasi itu terjadi ketika dia melaporkan kasusnya ke Menteri Pertahanan Amerika. Kenapa harus ke Menhan Amerika? Kenapa dia nggak percaya sama kepolisian Indonesia?" ujar Wakil Ketua Dewan Penasihat Partai Hanura, Inas Zubir dalam diskusi daring Crosscheck yang digelar medcom.id, Minggu (31/1).
Inas mensinyalir penetapan status tersangka yang dilakukan pihak kepolisian terhadap Ambroncius salah satunya karena cicitan Pigai tersebut. "Yang dibaca oleh masyarakat sekarang adalah polisi kalah dari tekanan Pigai melalui kelompok masyarakat yang kita duga didesain oleh Pigai. Atau apakah juga polisi takut Pigai sudah melapor kepada Amerika, kepada Menteri Pertahanan Amerika, itu juga nanti polisi harus bisa menjawab."
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai tudingan kepentingan Amerika dalam masalah tersebut terlalu jauh. Terlebih, aktivitas politik Pigai dapat dipantau melalui sosial media.
Baca juga : Kasus Rasisme Ambrosius, Komnas HAM Harus Turun Tangan
"Bahwa ini ada semacam ancaman akan memprovokasi Papua, ada upaya untuk mengapitalisasi perosaolan, saya kira ini kekhawatiran yang terlampau berlebihan," kata Adi.
Menurut Adi, akan lain ceritanya apabila Lloyd menanggapi cicitan Pigai. Jika Lloyd pada akhirnya menegur pemerintah, polisi, atau mengintervensi persoalan tersebut, lanjut Adi, maka rakyat Indonesia harus pasang badan.
"Kalau cuma berkorespondensi, ngobrol, merasa dirinya dilecehkan, saya kira tidak merendahkan martabat. Kecuali misalnya Pak Pigai ini minta investigasi, minta dibantu untuk menyelesaikan kasus ini, baru dianggap sebagai upaya pelecehannya. Belum ada respon secara resmi dari Menhan Amerika terkait kasus ini," paparnya.
Adi sendiri melihat kasus tersebut sebagai hal yang sederhana. Apabila perbuatan Ambroncius dinilai sebagai tindakan rasisme, maka tinggal dibuktikan di pengadilan. Selain itu, meskipun Pigai mengeluarkan opini yang kontroversial, pihak yang merasa keberatan tidak perlu melakukan tindakan yang merendahkan.
"Pak Pigai oke salah, mengajak orang menolak vaksin, itu provokatif, oke clear. Tapi jangan pernah sekali-kali menyamakan Pigai dengan binatang," tandas Adi.
Dalam cicitannya, Pigai menyatakan kebanggannya terhadap Lloyd sebagai pria kulit hitam keturunan Afrika Amerika paling berkuasa di dunia. Dalam kesempatan itu, ia juga menyinggung tindakan rasial yang ditujukan kepada bangsa Melanesia selama 50 tahun.
"I am proud of you, mr @LloydAustin black African American most powerful gentlement in the world. We have been on fire againt Indonesian Colective (state) Racism to black African Melanesian (Papuan) more then 50 years. Torture, killing & slow motion genocide. We need attention," cicit Pigai.
Lloyd Ausitin diketahui menjadi orang kulit hitam pertama yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan Amerika Serikat. Ia dinominasikan oleh Presiden Joe Biden untuk memimpin Pentagon. (OL-2)
Zohran Mamdani sudah mendapatkan hujatan kebencian usai kemenangan pendahuluan pemilihan Wali Kota New York.
Elon Musk menggugat negara bagian New York atas undang-undang baru yang mewajibkan platform digital melaporkan ujaran kebencian.
Pada kasus ekstrem, berbagai ujaran kebencian dapat berujung pada aksi genosida atau pembunuhan massal yang disengaja dan sistematis terhadap suatu kelompok.
Snoop Dogg merespons kebencian yang diterimanya setelah tampil di acara Inauguration Ball Presiden Donald Trump melalui sebuah video Instagram.
PENTING meningkatkan kesadaran tentang bahaya ujaran kebencian dan diskriminasi di media sosial.
Sebagai prinsip moral yang memandu perilaku individu dalam menggunakan teknologi digital, etika sangat penting karena dapat menciptakan ruang digital yang positif dan aman.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved