PENGKULTUSAN terhadap pimpinan organisasi masyarakat Islam yang mencuat akhir-akhir ini bukan akibat krisis kepemimpinan. Penyebab sebenarnya karena terdapat pihak yang berupaya mengeksploitasi Islam dan menggiring penganutnya dengan seruan-seruan palsu demi kepentingan politik.
"Ada tokoh yang ingin meraih posisi kepemimpinan sosial-politik dengan mengeksploitasi Islam, menggencarkan agitasi politik identitas atas nama Islam untuk menggalang dukungan dan menyerang pihak manapun yang dianggap lawan," kata Khatib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf kepada Media Indonesia, Selasa (24/11).
Hal itu menanggapi pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyatakan persoalan menyangkut pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab sangat hebat sehingga polisi dan tentara turun tangan. Itu akibat goncangan kekosongan pemimpin yang mampu menyerap aspirasi masyarakat.
Yahya mengatakan tokoh agama semacam ini kemudian disokong pula oleh sejumlah kalangan elit dengan bermacam sumber daya, termasuk uang dan perlindungan. Pihak-pihak dari kalangan elit tersebut sebenarnya tidak punya motivasi untuk memperjuangkan kepentingan Islam, bahkan tidak peduli sama sekali.
"Mereka hanya ikut meneguk keuntungan dari agitasi yang mengeksploitasi Islam dalam berbagai cara. Misalnya, karena yang diserang adalah lawan yang sama," ujarnya.
Baca juga: JK: Parpol dan Ormas Islam Sibuk, Umat Cari Pemimpin Alternatif
Umat Islam yang terseret dalam arus eksploitasi agama itu, imbuh dia, merupakan korban seruan-seruan palsu. Memang, mereka punya keluhan-keluhan yang legitimate menyangkut nasib ekonomi, sosial dan politik. Misalnya, menyangkut ketimpangan ekonomi, hegemoni politik elit, korupsi, dan sebagainya.
"Tapi membungkus tuntutan-tuntutan ekonomi dan politik dalam absolutisme identitas agama adalah penyesatan. Karena jelas bahwa masalah yang ada bukan masalah identitas agama," ungkapnya.
Permainan politik semacam ini, lanjut dia, berbahaya bagi negara. Pasalnya kondisi tersebut dapat menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
"Mengkerdilkan kecerdasan politik masyarakat dan mempermainkan agama untuk kepentingan duniawi," pungkasnya.(OL-5)