Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Peserta Aksi PA 212 Ganyang Komunis 20% Anak-Anak

Ihfa Firdausya
05/7/2020 19:15
Peserta Aksi PA 212 Ganyang Komunis 20% Anak-Anak
Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra(MI/ROMMY PUJIANTO)

KOMISI Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah memantau keterlibatan anak dalam aksi massa bertajuk Apel Siaga Ganyang Komunis di Jakarta dan Tangerang. Menurut Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak Jasra Putra, dari ribuan peserta yang hadir pada aksi massa di dua lokasi tersebut, 15%-20% di antaranya anak-anak.

"Artinya sudah kesekian kali anak-anak terlibat aksi tanpa sanksi yang tegas. Di lapangan tampak mulai dari bayi, anak, remaja terlibat dalam aksi tersebut," kata Jasra dalam keterangan tertulis, Minggu (5/7).

Dalam aksi massa tersebut, lanjutnya, ujaran dan perkataan keras terlontar, bahkan mengarah kepada kebencian sesama. Hal ini dinilai dapat memberi dampak buruk kepada perkembangan jiwa anak-anak ke depan.

"Apalagi kalau terus tumbuh subur di komunitasnya atau aksi-aksi berikutnya tanpa penjelasan dan pendampingan," katanya.

"Seperti kata menghalalkan sembelih orang, sembelih komunis, menjadi kata terbanyak yang disampaikan pada aksi tersebut. Paparan kekerasan dalam bentuk verbal tak terhindarkan ditelan anak mentah-mentah," imbuh Jasra.

KPAI pun menyayangkan keberadaan panitia, orator, dan tokoh acara yang berada dalam keteduhan panggung dan anak-anak dalam terik panas. Jasra juga menilai situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang seharusnya dapat berjaga jarak pun tidak dipatuhi peserta aksi.

"Memang tidak mungkin dengan kepadatan ribuan peserta aksi. Artinya kepatuhan protokol kesehatan sangat minim," katanya.

Padahal, jelas Jasra, data anak yang positif covid-19 per 16 Juni 2020 telah mencapai 3.155 anak, dengan rincian anak umur 0 hingga 5 tahun sebanyak 888 anak dan 6 sampai 17 tahun 2.267 anak.

"Pemandangan di lapangan juga memperlihatkan ada orang tua yang bermasker dan tidak. Begitupun balita ada yang bermasker dan tidak," ungkapnya.

"Ada juga anak anak kecil yang tetap bermain di tengah aksi tersebut, karena itu kebutuhan seusianya. Jadi mereka sama sekali tidak terfokus ke aksi siang itu," imbuhnya.

Menurut Jasra, KPAI sangat menyayangkan Persaudaraan Alumni 212 masih terus membiarkan anak-anak terlibat dalam aksi mereka. KPAI pun berharap para penegak aturan perlindungan anak dapat memberi sanksi tegas agar dampak risiko dan ancaman jiwa masa depan anak-anak Indonesia dapat diselamatkan sejak dini.

"KPAI meminta anak anak tidak terus menerus diikutkan aksi massa, unjuk rasa dan kampanye politik, karena pengalaman buruk yang seharusnya tidak boleh diulang bangsa ini," pungkasnya. (P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya