Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEPALA Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris berpendapat, saat ini kondisi politik di Indonesia tengah mengancam keberlangsungan demokrasi.
Menyebranganya partai-partai oposan pemerintah menjadi salah satu faktornya. Banyaknya koalisi pemerintah di parlemen menjadikan nilai demokrasi tergerus dan membahayakan.
Ditambah lagi Presiden Joko Widodo meminta Prabowo Subianto untuk menjadi menterinya untuk lima tahun ke depan. Fakta itu seolah meniadakan makna pemilihan presiden 2019 yang penuh gejolak sebagai nadi demokrasi.
Syamsuddin menyayangkan keputusan Presiden Jokowi merangkul lawan politik di pilpres kemarin. Ia berpendapat, pemilihan menteri memang hak prerogatif presiden, tapi bukan berarti presiden dapat sewenang-wenang dalam menentukan pembantunya.
"Presiden itu mendapat mandat melalui pemilu. Namanya mandat ya harus dijalani, apa yang diinginkan publik. Tidak kemudian mentang mentang itu hak prerogatif presiden kemudian sewenang-wenangnya memilih siapa," tutur Syamsuddin dalam diskusi bertajuk 'Mencermati Kabinet Jokowi Jilid II' di Jakarta, Selasa (22/10).
Baca juga: Koalisi Gemuk. Pemerintah Akan Berjalan Lamban
Menurutnya, hak prerogatif presiden tidak dapat dimaknai bebas lepas sepenuhnya kewenangan presiden. Pasalnya terdapat rasionalisasi demokrasi, moralitas publik di dalamnya yang harus dicermati sebelum menggunakan hak istimewanya tersebut.
Dengan bergabungnya Prabowo ke pemerintahan, otomatis koalisi pendukung Jokowi semakin membengkak. Hal itu, imbuh Syamsuddin, menjadikan Indonesia sebagai negara integralistik.
Menurutnya, pada dasarnya konsep negara integralistik cukup baik. Namun dengan kondisi politik sekarang ini, hal itu justru membahayakan demokrasi bangsa Indonesia.
"Model negara integralistik adalah odel negara kekeluargaan. Itu sangat mengancam demokrasi kita. Mestinya pak Jokowi tidak usah mengajak Prabowo ke dalam kabinet. Pun begitu juga dengan Prabowo, harusnya menolak ajakan presiden," tukas Syamsuddin.
Ia menambahkan, pembentukkan kabinet harusnya dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang akan dihadapi bangsa selama lima tahun mendatang.
"Saya berpendapat, kebutuhan dan tantangan kita sifatnya adalah ancaman yang makin serius dari meningkatnya intoleransi, persekusi, rasis, itu ancaman serius. Sayangnya tidak muncul dalam pidato presiden kita," ujar Syamsuddin.
Pertimbangan dasar logis lainnya yang dapat jadi pertimbangan presiden ialah soal rekam jejak. Seharusnya sosok yang ditunjuk sebagai menteri ialah orang yang bersih dan tidak memiliki cacat moral.
"Konsekuensi logisnya adalah, calon menteri harusnya adalah tokoh yang bersih, baik bebas dari korupsi, bebas dari pelanggaran HAM, bebas dari tindakan persekusi, intoleransi, diskriminasi dan sebagainya," tegas Syamsuddin.
Terlebih, posisi menteri yang diberikan Jokowi kepada Prabowo, lanjut Syamsuddin, terbilang cukup strategis.
"Menhan itu adalah salah satu dari tiga menteri yang dalam konstitusi, di pasal 8 ayat 3, kalau presiden dan wakil presiden berhalangan tetap, maka yang memegang kekuasaan itu adalah tiga menteri, yakni Menhan, Mendagri dan Menlu. Apakah pak Jokowi tidak menyadari ini?" tandas Syamsuddin. (OL-4)
Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP Mardiono mengungkapkan suasana pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan enam ketua umum (ketum) partai koalisi pemerintah dipenuhi canda tawa.
Kabar mengenai pertemuan antara Presiden Jokowi dan para ketua umum partai koalisi pemerintahan dibenarkan Waketum PAN Viva Yoga Mauladi. Pertemuan digelar di Istana Merdeka, Selasa ini.
Dia menekankan pilihan NasDem terhadap Anies Baswedan merupakan kemerdekaan sikap dan pilihan yang tidak ada hubungannya dengan koalisi pemerintahan.
Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyindir warna biru sebagai penyebab kekalahan Timnas Kroasia melawan Argentina.
Adi menekankan selama mendukung Jokowi, NasDem selalu menujukan loyalitasnya. NasDem tidak pernah melayangkan protes atau mengkonfrontasi kebijakan Jokowi.
Sejauh ini, dia menilai pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin menunjukkan adanya peningkatan keberhasilan dari waktu ke waktu meskipun masih ada beberapa hal yang perlu perbaikan.
Pramono enggan berbicara soal oposisi. Dia mengatakan sistem presidensial yang dianut Indonesia tak ada istilah oposisi.
Viktor menuturkan Partai NasDem memiliki 69 anggota DPR di parlemen. Karena itu dukungan secara fisik, pikiran, tenaga semua akan diberikan lewat 69 anggota DPR.
PDI Perjuangan justru lebih bagus ketika menjadi oposisi karena bisa memainkan peran-peran strategis bagi pemerintahan.
Satu-satunya yang bisa diharapkan agar ada oposisi berkualitas ialah dari para partai politik
Anies Baswedan mengatakan demokrasi yang baik adalah oposisi yang sehat. Di mana tetap ada ruang bagi oposisi untuk mengungkapkan pandangannya.
Pengamat politik Indonesian Public Institute Karyono Wibowo mengatakan, Gatot ingin mengambil jarak dengan pemerintah dengan memilih tidak hadir dalam acara penyematan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved