Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
DIREKTUR Eksekutif Charta Politica Yunarto Wijaya mengomentari informasi yang beredar terkait dirinya yang menjadi salah satu dari 4 target pembunuhan menjelang aksi massa 21-22 Mei 2019 lalu. Yunarto mengaku tidak menyimpan dendam terhadap para pelaku dan memilih memaafkan mereka.
"Sama seperti yang pernah saya tulis, sudah tak ada dendam lagi dari saya & keluarga baik buat yg jadi perencana ataupun eksekutor... Dari situasi2 seperti ini saya belajar ttg apa itu kasih, termasuk ketika bisa maafkan yg memusuhi kita.. Ayo terus mencintai Indonesia," tulis Yunarto melalui akun twitternya @yunartowijaya, Selasa (11/6).
Pengakuan adanya rencana pembunuhan sebelumnya disampaikan oleh tersangka kasus kerusuhan aksi 21-22 Mei, Irfansyah yang menyebut bahwa Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya juga menjadi target pembunuhan. Hal tersebut seperti tampak dalam video yang diputar pihak kepolisian yang menggelar konferensi pers terkait kerusuhan 21-22 Mei di Kantor Menkopolhukam, Selasa (11/6).
Dalam video tersebut, Irfansyah membeberkan soal pertemuannya dengan mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen TNI (Purn), Kivlan Zen, yang kini juga terjerat kasus kepemilikan sejata api ilegal dan juga makar. Irfansyah mengaku, dirinya sempat diminta untuk bertemu dengan Kivlan Zen pada bulan April, yaitu sekitar 2 hari setelah proses pencoblosan berlangsung.
"Pada bulan April sehabis pemilu 2 hari saya ditelpon untuk bertemu Pak Kivlan Zen di masjid, lalu keesokan harinya saya bertemu Yusuf," papar Irfansyah. "Kita berangkat esok harinya mengendarai mobil Yusuf ke Pondok Indah. Lalu saat itu masuk sambil minum kopi dan makan, tak lama datang Pak Kivlan dan Eka supirnya, Pak Kivlan datang salat Ashar sebentar, setelah salat Ashar lalu memanggil saya masuk di dalam mobil Pak Kivlan, karena Pak Kivlan di dalam mobil sendiri," ungkapnya.
Dalam pertemuan tersebut, cerita Irfansyah, Kivlan Zen meminta dirinya untuk mengeksekusi Yunarto. "Pak Kivlan mengeluarkan hp dan menunjukkan alamat serta foto Pak Yunarto lembaga quick count, dan mengatakan pada saya coba kamu cek alamat ini nanti kamu foto dan videokan," papar Irfansyah.
Irfansyah mengaku menyanggupi permintaan Kivlan Zen itu. Setelahnya, Kivlan Zen lantas menyatakan akan memberikan uang operasional. Kivlan Zen bahkan menjanjikan akan memberikan jaminan kepada keluarga dan istri, serta liburan ke manapun bagi siapapun yang berhasil mengeksekusi Yunarto. "Beliau berkata kembali nanti saya kasih uang operasional Rp 5 juta cukuplah untuk bensin makan dan uang kendaraan, lalu saya jawab siap," ujar Irfansyah. (OL-4)
Gedung Putih menegaskan akan menyelidiki siapa dalang dibalik pemberontakan di wilayah Los Angeles, California, Amerika Serikat.
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Impas) Agus Andrianto diminta tanggung jawab karena gagal mengelola lembaga pemasyarakatan (lapas).
Sebanyak 56 narapidana dari Lapas Narkotika Muara Beliti yang berbuat kerusuhan dipindahkan ke Lapas dengan pengamanan super maksimum di Pulau Nusakambangan.
KERUSUHAN terjadi di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Narkotika Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan. Kini dilaporkan kondisinya sudah kondusif
1 Mei diperingati Hari Buruh Sedunia atau May Day. Hari tersebut adalah sebuah peringatan atas solidaritas pekerja yang merujuk pada peristiwa kerusuhan Haymarket
MK memutuskan tindakan penyebaran informasi atau dokumen elektronik yang memuat pemberitahuan bohong atau hoaks dapat dipidana jika menimbulkan kerusuhan di ruang fisik. UU ITE
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved