Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
JENDERAL TNI Purnawirawan AM Hendropriyono menyebut seruan aksi massa oleh kubu Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi untuk turun ke jalan dan menolak putusan hasil Pemilu 2019 yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mulai ditinggalkan oleh massa simpatisan maupun koalisi partai pengusung paslon nomor urut 02 itu sendiri.
"Masih tapi sudah ditinggalkan ditinggalkan dari massa yang partai-partai. Partai yang masih nalar partai Demokrat, PAN, PKS, itu masih nalar. Pikirannya jalan, bukannya mau mati. Kita mau hidup bersama, bukannya sama-sama mati, jadi sudah ditinggalkan, dan sebagian Gerindra. Itu masih turun ke jalan ngajak-ngajak massanya, tapi sebagaian massanya juga sudah tidak mau," ujar Hendropriyono di Gedung Joang '45 pada Minggu (19/5).
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu menilai massa yang turun ke jalan hanyalah segilintir massa yang tersisa dari kelompok-kelompok yang dulunya ikut mendukung pasangan Prabowo-Sandi, di antaranya eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF), 212, dan Front Pembela Islam (FPI).
Baca juga: Hendropriyono Sebut Ada Rencana Kudeta Pemerintah Saat 22 Mei
Atas dasar itulah Hendropriyono menyebut kekuatan massa yang turun ke jalan tersebut sesungguhnya sudah 'ompong' karena sebagiannya sudah enggan untuk turun ke jalan dan telah berbelok ikut mendukung paslon nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf.
"Para elite yang teriak-teriak ini akan mengerahkan massa yang ompong, yang tinggal sedikit. Sebagian yang muda-muda juga terhentak, sadar mau dibawa ke mana ini. Mudah-mudahan bisa terjawab nanti," tukas Hendropriyono.
Tak hanya itu, Hendropriyono juga menyebut para pendukung paslon 02 Prabowo-Sandi yang tersisa seperti para mantan jenderal TNI yang mengerahkan aksi massa maupun para menteri yang pernah dicopot jabatannya pada masa pemerintahan Jokowi merupakan barisan sakit hati.
"Massa yang mau turun ini juga jadi sedikit. Para elit yang saya sebut ini yang gila harta, nama, dan barisan sakit hati karena kita lihat kok banyak jenderal. Nah, itukan namanya sakit hati. Banyak bekas menteri, loh? Sesudah dicopot kok marah. Ini memang mau terus terusan? Ya, gantian lah yang masih mudah," pungkas Hendropriyono. (OL-1)
Surat dari DPP PDIP dibutuhkan untuk menyelesaikan perbedaan tafsir terkait penetapan caleg yang sudah meninggal pada Pamilu 2019. Dia juga menjelaskan surat balasan dari MA.
Yasonna keluar dari Gedung Merah Putih KPK sekitar pukul 16.45 WIB. Jalur pulang dia berbeda dengan saksi lainnya.
Sidang akan digelar pada hari Senin (24/2) pukul 13.30 WIB di Kantor Bawaslu Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan.
Selain itu, Jokowi mengatakan, NasDem selalu konsisten mendukung dirinya saat bersama Jusuf Kalla maupun kini dengan KH Ma'ruf Amin.
Revisi UU Pemilu perlu disegerakan agar penyelenggara pemilu mempunyai waktu yang cukup dalam melakukan proses sosialisasi dan tahapan Pemilu 2024.
Peserta sekolah legislatif akan mendapatkan berbagai materi pelajaran tentang kedewanan sebanyak 40%, kepartaian 30%, dan pembangunan karakter 30%
KPK menetapkan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka suap terkait buronan Harun Masiku. Hasto disebut aktif mengupayakan Harun memenangkan kursi anggota DPR pada Pemilu 2019.
Bagi Mahfud, batalnya memakai kemeja putih tersebut lima tahun lalu menyimpan pesan tersendiri.
KPID Sulawesi Selatan mengaku belum bisa menindak caleg dan parpol yang mulai mencuri start pada Pemilu 2024.
PENDUKUNG Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kini berbalik mendukung calon presiden (capres) Prabowo Subianto jelang Pilpres 2024.
Beberapa upaya dari KPU untuk mencegah terjadinya kembali korban jiwa dari petugas KPPS.
"Mas Ganjar kan enggak nyapres, enggak nyapres beliau," kata Immanuel di Jakarta, Minggu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved