Ini Penyebab Utama Angka Golput Tinggi di Pilkada Jakarta

Cahya Mulyana
30/11/2024 21:15
Ini Penyebab Utama Angka Golput Tinggi di Pilkada Jakarta
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid.(dok.MPR)

PARTAI Kebangkitan Bangsa (PKB) menilai angka golongan putih (golput) dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 tinggi karena kandidat yang menjadi calon kepala daerah tersebut tidak diminati.

Adapun lembaga survei Charta Politika mencatat penurunan partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024 menjadi hanya 58%, sementara Pilkada 2017 berada di atas 70%. Dengan demikian, angka golput dalam Pilkada Jakarta tahun ini mencapai 42%, meningkat dari 30% pada 2017.

"Orang Jakarta kan kelompok terpelajar, sebab itu angka golputnya pasti akan tinggi karena kandidat yang ada tidak diminati oleh warga Jakarta," ujar Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid dalam keterangan video yang diterima di Jakarta, Sabtu (30/11).

Menurut dia, dalam Pilkada Jakarta tahun ini para kandidat calon tidak diminati karena mereka maju dalam pilkada secara tidak alami atau tidak melalui proses dari bawah.

Pasalnya, kata dia, para calon tersebut cenderung menjadi kandidat dalam Pilkada Jakarta melalui berbagai saringan, baik secara formal maupun tidak formal. "Ini yang kemudian bagi warga pilihannya menjadi tidak menarik," ucapnya.

Dalam Pilkada Jakarta 2024, terdapat tiga pasangan calon yang maju untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur, yakni Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Suswono, serta Dharma Pongrekun-Kun Wardana.

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta mengevaluasi capaian tingkat partisipasi pemilih di Pilkada 2024 yang diduga lebih rendah dibandingkan pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) serta Pemilu Legislatif (Pileg) 2024.

"Menurut pemantauan kami, alur pemilih di TPS (tempat pemungutan suara) agak renggang. Tapi, kami belum tahu angka pastinya berapa tingkat partisipasi. Tapi untuk pilkada, memang biasanya cenderung lebih rendah dari pilpres," kata Ketua KPU Jakarta Wahyu Dinata dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (28/11).

Wahyu mengatakan KPU di beberapa provinsi lain juga menemukan hal serupa yakni tingkat partisipasi pemilih yang tidak terlalu bagus. Menurut dia, melalui evaluasi nantinya akan diketahui penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih. Bisa jadi, karena program-program sosialisasi KPU Jakarta yang kurang baik diterima masyarakat, atau memang ada kondisi tertentu. Evaluasi juga dilakukan dalam rangka mencapai perbaikan untuk ke depannya. (An/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Cahya Mulyana
Berita Lainnya