Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
“PAKET!” Teriakan itu kini hampir setiap hari terdengar di sejumlah kompleks perumahan. Namun, sebagian dari kita mungkin tidak menyadari bahwa ucapan yang disampaikan para kurir pengantar barang/makanan itu berarti ancaman kematian bagi sejumlah biota laut. Melalui plastik pembungkus barang/makanan yang sulit terurai dan akhirnya kerap bermuara di lautan, populasi ikan dan penghuni samudra lainnya semakin terancam, yang ujung-ujungnya juga membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Menurut laporan Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika Serikat (NAS) yang dirilis Desember lalu, di seluruh dunia setidaknya ada 8,8 juta metrik ton sampah plastik memasuki lautan setiap tahun. Laporan itu menyebut AS menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak jika dibandingkan dengan negara lain di mana pun, bahkan melebihi gabungan semua negara anggota Uni Eropa (UE). Kita (saya dan Anda) tentu juga ikut berkontribusi sekian persen dari jutaan metrik ton sampah plastik tersebut, melalui aktivitas sehari-hari yang kita lakukan, termasuk dalam berbelanja online (daring).
Berdasarkan hasil studi Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI mengenai dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan aktivitas bekerja dari rumah (WFH) terhadap sampah plastik di kawasan Jabodetabek yang dilakukan melalui survei daring pada 20 April-5 Mei 2020, aktivitas mayoritas warga Jabodetabek dalam berbelanja daring disebutkan cenderung meningkat. Dari yang sebelumnya hanya 1 hingga 5 kali dalam satu bulan menjadi 1 hingga 10 kali selama PSBB/WFH. Padahal, kata laporan tersebut, mayoritas (96%) paket belanja daring dibungkus dengan plastik yang tebal, belum lagi ditambah dengan bubble wrap dan selotip. Bahkan, laporan itu menyebut, di kawasan Jabodetabek, jumlah sampah plastik dari bungkus paket mengungguli jumlah sampah plastik dari kemasan yang dibeli. Artinya, kandungan plastiknya lebih banyak di pembungkusnya ketimbang pada isi paketnya.
Keberadaan sampah-sampah plastik itu, baik dari aktivitas belanja luring maupun daring, tentu harus dikendalikan. Pada akhir Februari nanti, Majelis Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEA) akan membahas hal itu. Kendati tanggalnya belum disepakati, sejauh ini sebagian besar negara dan organisasi nirlaba di bidang lingkungan, serta kalangan industri plastik, telah setuju untuk berpartisipasi. Jika melihat volume sampah plastik yang menutupi bahkan hingga di tepi laut terpencil di dunia, umumnya kita tentu setuju inilah saatnya untuk bertindak. Apalagi, menurut laporan PBB pada 2020 seperti yang dilansir Mongabay.com pada Rabu (2/2), pertumbuhan produksi sampah plastik telah menyebabkan masalah yang membuat masyarakat kesulitan untuk mengelolanya secara efektif.
Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan pengurangan 70% sampah plastik di laut pada 2025. Namun, berdasarkan laporan National Plastic Action Partnership (NPAP) dan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), saat ini baru sekitar 39%-54% sampah di Indonesia yang telah terkelola dengan baik. Hal itu mengakibatkan sekitar 30 hingga 40 juta ton sampah (3-4 juta ton di antaranya berupa sampah plastik) mencemari lingkungan setiap tahunnya. Sejauh ini, beberapa marketplace dan produsen barang/makanan memang telah bekerja sama mengupayakan penggunaan kemasan yang lebih ramah lingkungan. Namun, umumnya penggunaan plastik masih terjadi dalam aktivitas belanja daring, terutama sebagai pembungkus kemasan.
Para pengelola marketplace mungkin harus berani ‘memaksa’ para penjual untuk mengemas barang dagangan mereka dengan produk ramah lingkungan. Kita, selaku konsumen atau mungkin juga merangkap produsen yang ikut berjualan daring, mungkin sudah saatnya pula mulai beralih menggunakan kemasan dari bahan kertas/kardus daur ulang yang tidak merusak lingkungan. Biayanya mungkin relatif lebih mahal, tetapi itu lebih baik ketimbang menggunakan plastik yang sulit diurai. Terlepas nanti dibungkus plastik lagi oleh perusahaan jasa pengirimannya, toh, setidaknya kita tidak ikut-ikutan menambah jumlah limbah yang mencemari planet ini. Selain seperangkat aturan, hal penting yang dibutuhkan untuk mengatur laku hidup manusia ialah kesadaran. Sulit, memang, tapi itu harus mulai ditumbuhkan dari sekarang.
Kegiatan pengelolaan dan daur ulang sampah ini menggandeng Waste4Change untuk melakukan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Jikaa dihitung secara kasar sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, kerugian yang disebabkan oleh masalah pencemaran sampah plastik di laut Indonesia diperkirakan mencapai Rp2.000 triliun.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat di Indonesia juga bisa masuk ke Samudera Hindia hingga ke Madagaskar.
Warga akan diedukasi modul Plastic, Sustainability & You Education (PSYE) untuk meningkatkan kesadaran tentang penggunaan plastik berkelanjutan dan pengelolaan limbah yang efektif.
Target pemerintah Indonesia dalam menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada 2025.
Mereka khawatir karena benda ini telah merusak lautan, melayang di atmosfer, dan menyusup ke tubuh hewan dan manusia.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa daur ulang plastik menimbulkan risiko lingkungan dan kesehatan, termasuk tingginya tingkat mikroplastik dan racun berbahaya
"Polusi plastik adalah bom waktu dan pada saat yang sama sudah menjadi momok hari ini," tegas Macron.
Timberland mengajak para pelanggan dan penggemar produknya untuk lebih sadar akan dampak buruk penggunaan plastik terhadap lingkungan.
Philips Domestic Appliances Indonesia baru-baru ini meluncurkan inisiatif menyediakan tas ramah lingkungan kepada pelanggan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Â
Program ini bertujuan untuk mengurangi plastik sekali pakai dari produk sehari-hari seperti kemasan makanan, kemasan produk rumah tangga dan kemasan plastik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved