Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
CARLOS Alcaraz menegaskan, rivalitas sengitnya dengan Jannik Sinner akan menjadi dorongan baginya untuk mencapai level yang lebih tinggi, usai ambisinya mempertahankan gelar juara Wimbledon pupus di tangan petenis Italia itu.
Dalam final yang berlangsung di All England Club, Alcaraz harus mengakui keunggulan Sinner yang menang 4-6, 6-4, 6-4, 6-4. Kekalahan ini menggagalkan harapan Alcaraz meraih hattrick gelar Wimbledon dan menjadi pukulan pahit setelah sebelumnya menaklukkan Sinner di final Prancis Terbuka, Juni lalu.
Namun, bukan Alcaraz yang mengangkat trofi kali ini. Sebaliknya, Sinner meraih gelar Grand Slam ketiganya dalam empat turnamen terakhir, setelah sebelumnya menjuarai AS Terbuka 2024 dan Australia Terbuka.
Meski hanya membawa pulang gelar Roland Garros tahun ini, Alcaraz menilai rivalitasnya dengan Sinner membawa dampak positif. "Saya sangat senang punya rivalitas seperti ini. Ini baik buat kami berdua dan juga buat dunia tenis,” kata Alcaraz dikutip dari AFP.
Petenis asal El Palmar itu optimistis duel sengit mereka akan terus berkembang. Sebab, menurutnya dengan persaingan yang tercipta saat ini menuntutnya untuk terus berkembang.
“Seperti yang sering saya bilang, rivalitas ini akan semakin membaik. Kami sering bertemu di final Grand Slam, juga di final turnamen Masters. Saya bersyukur karena itu memotivasi saya untuk selalu tampil 100 persen setiap latihan dan setiap hari,” katanya.
“Level permainan yang harus saya jaga, dan bahkan tingkatkan, untuk bisa mengalahkan Jannik sangatlah tinggi,” tegasnya.
Rekor 24 kemenangan beruntun milik Alcaraz terhenti di tangan Sinner, yang juga menjadi pemain terakhir yang mengalahkannya di Wimbledon, dua tahun lalu.
Tahun ini, Alcaraz gagal mengulang momen heroik seperti di Prancis Terbuka, saat ia bangkit dari ketertinggalan dua set dan menyelamatkan tiga match point sebelum menundukkan Sinner. Di final Wimbledon, ia tak mampu membalikkan keadaan.
Namun, berbeda dari kekecewaan berat yang ia alami usai kalah dari Novak Djokovic di final Olimpiade Paris tahun lalu, kali ini Alcaraz mengaku lebih siap mental.
“Tahun lalu, setelah Olimpiade, saya benar-benar terpukul. Tapi sekarang berbeda. Dalam setahun terakhir, saya belajar dari banyak situasi,” ungkapnya.
Meskipun ini kekalahan pertamanya di final Grand Slam, Alcaraz tetap berusaha mengambil sisi positif. Ia bahkan mengaku sama sekali tak kecewa dengan kekalahan tersebut.
“Saya harus tetap bangga. Saya kalah di final Grand Slam, tapi saya bermain di final, dan itu sesuatu yang harus disyukuri. Saya ingin mengingat momen-momen bagus dan melupakan yang buruk,” katanya.
“Saat ini, saya tidak merasa terlalu kecewa. Saya malah tersenyum, karena saya bersyukur sudah bermain di final,” pungkasnya. (Ndf/I-1)
Carlos Alcaraz mengaku kekalahannya atas Jannik Sinner di Wimbledon memotivasinya untuk terus berkembang.
Jannik Sinner berhasil mengukir sejarah di Wimbledon setelah menundukan rivalnya Carlos Alcaraz 4-6, 6-4, 6-4, 6-4.
Novak Djokovic mengakui bahwa kondisi fisik yang kurang prima menjadi salah satu faktor utama kekalahannya dari Jannik Sinner di semifinal Wimbledon 2025.
Petenis unggulan nomor 1 dunia, Jannik Sinner, berhasil mencatatkan kemenangan gemilang atas Novak Djokovic dalam babak semifinal Wimbledon 2025.
Jannik Sinner berhasil mengalahkan Ben Shelton 7-6(2), 6-4, 6-4. Ia memastikan tempat di semifinal Wimbledon.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved