Headline
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
NOVAK Djokovic mengatakan mayoritas pemain percaya ada pilih kasih dalam sistem antidoping tenis dan menyerukan agar sistem tersebut dirombak setelah kasus yang melibatkan Jannik Sinner dan Iga Swiatek.
Sinner menerima larangan doping selama tiga bulan setelah dinyatakan positif menggunakan anabolik clostebol tahun lalu. Sementara Swiatek menjalani larangan satu bulan pada akhir 2024 ketika zat terlarang trimetazidine (TMZ) muncul dalam tesnya.
Meskipun Djokovic tidak mengatakan bahwa salah satu dari juara Grand Slam itu sengaja melakukan kesalahan, ia mengatakan ada ketidakkonsistenan dalam perlakuan terhadap mereka oleh Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA).
"Dua kasus Iga Swiatek dan Jannik Sinner telah menarik banyak perhatian dan ini bukan citra yang baik untuk olahraga kami," kata Djokovic dikutip Channel News Asia, Selasa (18/2).
"Mayoritas pemain tidak merasa bahwa (prosesnya) adil. Mayoritas pemain merasa ada favoritisme yang terjadi. Tampaknya Anda hampir dapat memengaruhi hasil jika Anda adalah pemain top, jika Anda memiliki akses ke pengacara top dan yang lain."
Djokovic, mengatakan bahwa ada ketidakpercayaan yang meluas terhadap seluruh proses doping di antara sesama pemain. Karenanya, ia menyuarakan tentang sistem antidoping.
"Saya berharap dalam waktu dekat badan-badan yang mengatur akan berkumpul, dari tur dan ekosistem tenis kami, dan mencoba menemukan cara yang lebih efektif untuk menangani proses-proses ini. Ini tidak konsisten dan tampaknya sangat tidak adil," ujarnya.
Kesepakatan Sinner dengan Badan Anti-Doping Dunia (WADA), yang telah mengajukan banding ketika petenis Italia itu dibebaskan dari hukuman tahun lalu, mengakui penjelasannya bahwa produk tercemar yang digunakan oleh terapisnya telah menjadi penyebab tes positif tersebut.
"Sinner diskors selama tiga bulan karena kesalahan dan kelalaian anggota timnya yang bekerja di Tur (ATP). Jadi itu juga sesuatu yang menurut saya pribadi, dan banyak pemain, agak aneh," kata Djokovic.
Djokovic menunjukkan bahwa sepertinya proses yang sangat berbeda diikuti oleh ITIA dalam kasus-kasus doping yang melibatkan petenis Rumania Simona Halep dan petenis Inggris Tara Moore.
"Kita telah melihat di media sosial Simona Halep dan Tara Moore dan beberapa pemain lain yang mungkin kurang dikenal yang telah berjuang untuk menyelesaikan kasus mereka selama bertahun-tahun atau mendapatkan larangan selama bertahun-tahun," kata Djokovic.
"Kita harus ingat bahwa Sinner dan Swiatek pada saat itu adalah petenis nomor satu di dunia saat pengumuman itu terjadi," tambahnya. (I-2)
Sinner tengah dalam pemulihan dan diyakini siap mempertahankan gelarnya di AS Terbuka.
Jannik Sinner tampak sedih saat meminta maaf kepada penggemar di Cincinnati Terbuka setelah hanya mampu melewati lima gim di final Cincinnati Terbuka melawan Carlos Alcaraz.
Terlihat kurang prima, juara bertahan Jannik Sinner meminta jeda medis setelah kehilangan keunggulan 0-5 di set pembuka, tetapi ia tidak mampu melanjutkan pertandingan.
Jannik Sinner meraih kemenangan pertama atas Felix Auger-Aliassime untuk mencapai semifinal Cincinnati Terbuka.
JANNIK Sinner dan Aryna Sabalenka memastikan langkah ke perempat final Cincinnati Open 2025.
Petenis nomor 1 dunia Jannik Sinner selamat dari tekanan Gabriel Diallo ketika alarm kebakaran berbunyi untuk meraih kemenangan 6-2 dan 7-6 (6).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved