Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Tim Mahasiswa Kedokteran USK Juarai Karya Inovasi Gizi Pemberantasan Stunting Berbasis Kearifan Lokal

Amiruddin Abdullah Reubee
23/7/2025 22:50
Tim Mahasiswa Kedokteran USK Juarai Karya Inovasi Gizi Pemberantasan Stunting Berbasis Kearifan Lokal
Tim mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK), menoreh keberhasilan brilian di event bergengsi nasional.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

UNIVERSITAS Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, terus meraih keberhasilan dan prestasi gemilang. Itu paling penting untuk tataran kampus berkelas dunia di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  secepat kilat. 

Keseriusan itu di antaranya terjawab dari prestasi mahasiswanya di kancah pekan lomba atau event tingkat nasional dan internasional. Lalu dari mutu kelulusan Universitas jantung hati masyarakat Aceh itu. 

Berkaitan dengan  itu, dua mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK), menoreh keberhasilan brilian di event bergengsi nasional. Keduanya masing-masing bernama Mahlil Jibran dan Riza Daffa Firdaus. 

Mahlil Jibran dan Riza Daffa Firdaus berhasil meraih Juara 1 Lomba Esai Ilmiah KSE JUARA 2025. Event berkelas itu diselenggarakan oleh Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) Universitas Sumatra Utara (USU).

"Kompetensi bernama Innovate for Nusantara: Transformasi Ekosistem Nasional untuk Implementasi Kesejahteraan yang Inklusif dalam Pembangunan Berkelanjutan. Karena itu fokus tim USK pada subtema Gizi dan Kesehatan," tutur Mahlil Jibran Firdaus,  Rabu (23/7).

Mahlil dan Riza merupakan pengurus aktif Ikatan Mahasiswa Berprestasi (IKANMAS) Fakultas Kedokteran USK, selama ini konsisten terlibat dalam riset sosial dan inovasi kesehatan masyarakat.

Dalam karya berjudul KELADA (Kekuatan Laut dan Daun Ajaib) mereka memperkenalkan inovasi pangan lokal berbasis ikan kembung dan daun katuk. Inovasi ini diformulasikan menjadi produk bubuk instan bergizi tinggi.

Lalu hadir sebagai solusi konkret untuk menekan angka stunting di Aceh. Antara lain adalah melalui pendekatan menyeluruh dari edukasi gizi hingga penguatan ekonomi lokal.

Lebih dari sekadar produk pangan, KELADA merupakan bagian integral dari program edukasi gizi terpadu yang menyasar kelompok rentan, seperti remaja putri, calon pengantin. Lalu ibu menyusui, dimulai sejak masa pranikah hingga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Produk ini dirancang dalam bentuk bubuk instan praktis, tahan lama, dan ekonomis. Dilengkapi juga dengan QR code berisi video edukatif seputar gizi dan stunting.

Program ini mengusung model kolaboratif multipihak. Di antaranya adalah nelayan dan petani lokal sebagai penyedia bahan baku. Lalu terlibat juga tenaga kesehatan dan posyandu sebagai penggerak edukasi. 

Ada juga pihak Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai mitra dalam pemberdayaan edukasi pranikah. Dengan demikian, KELADA tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan. Paling beruntung juga terhadap kemandirian ekonomi masyarakat berbasis UMKM.

Prestasi dan Dampak Nyata

Mereka ingin menunjukkan bahwa solusi untuk masalah besar seperti stunting sebenarnya bisa dimulai dari sekitar kita. 

"Gizi lokal, edukasi yang tepat, dan kolaborasi lintas sektor adalah kunci," tutur Riza Daffa Firdaus. 

Dikatakannya, menambahkan bahwa produk KELADA tidak hanya sebatas berhenti di lomba nasional. Tetapi juga telah dirancang dupaya dapat diimplementasikan secara nyata dan berkelanjutan.

"KELADA bukan akhir, melainkan awal dari gerakan kolaboratif menyehatkan bangsa. Prestasi ini kami persembahkan untuk masyarakat Aceh dan seluruh anak Indonesia yang berhak atas masa depan sehat dan cemerlang," tambah Mahlil Jibran.

Kemenangan ini menjadi bukti bahwa inovasi berbasis kearifan lokal mampu bersaing dalam forum ilmiah nasional. Selain mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 2 (Tanpa Kelaparan) dan 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera). 

Hasil karya mereka juga menunjukkan bahwa generasi muda Aceh mampu menciptakan solusi berbasis riset, teknologi, dan empati sosial.

Dari prestasi dan hasil produk ini telah memulai apresiasi para civitas akademika USK. Masing-masing adalah Rina Suryani Oktari selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran USK menyatakan. 

Lebih hebat lagi keberhasilan ini mencerminkan semangat interdisipliner yang dibutuhkan dalam dunia kesehatan hari ini. Yaitu berpikir ilmiah, bertindak sosial, dan berinovasi berbasis kearifan lokal.

"KELADA bukan hanya solusi pangan, melainkan cerminan kepedulian terhadap akar masalah gizi di komunitas. Fakultas sangat bangga dan akan terus mendukung inovasi-inovasi serupa," sebut Rina.

Ke depan, tim KELADA tengah merancang pengembangan produk ke tahap produksi skala rumahan berbasis UMKM, serta memperkuat kolaborasi dengan pemerintah daerah, puskesmas, KUA, dan lembaga pendidikan.

Selain itu, mereka membuka peluang kerja sama dengan sektor swasta, lembaga filantropi, dan NGO untuk memperluas distribusi ke wilayah-wilayah rawan stunting di Indonesia.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kewirausahaan USK, Prof Mustanir, mengharapkan, KELADA menjadi model inovasi terintegrasi yang bisa direplikasi di berbagai daerah. 

Lalu sebagai bagian dari strategi nasional menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2027.

"Melalui prestasi ini, USK tidak hanya menegaskan kapasitas akademik mahasiswanya. Tetapi juga memperkuat kontribusi civitas akademika dalam menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan," tutur Mustanir. 

"Semoga langkah inspiratif ini menjadi contoh bagi generasi muda lainnya untuk berpikir lokal, berdampak nasional, dan membangun Nusantara yang lebih sehat, kuat, dan mandiri," pungkas Prof. Mustanir, lelaki kelahiran 1966 lulusan Doktor Bidang Kimia Organik di Kyushu University Jepang. (MR/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya