Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ANGGOTA Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem asal Sulawesi Selatan, Rudianto Lallo, prihatin atas temuan pabrik uang palsu yang beroperasi di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Menurutnya, kejadian ini sangat mengejutkan dan jauh dari dugaan. "Kasus ini sungguh di luar dugaan, di luar nalar kita, kenapa? Karena pabrik uang palsu ini terjadi di lembaga pendidikan yang notabene berada di bawah naungan Kementerian Agama," ujar Rudianto.
Ia pun menekankan bahwa lembaga pendidikan seharusnya menjadi tempat untuk mencerdaskan anak bangsa, bukan tempat terjadinya praktik kejahatan. "Lembaga pendidikan yang seharusnya mencetak insan-insan berakhlak mulia dan berbudi pekerti, kini malah terlibat dalam praktik pembuatan uang palsu. Ini sangat memprihatinkan," tekannya.
Ia menegaskan bahwa kasus ini harus diungkap tuntas, dan ia meminta agar pihak kepolisian, khususnya Polres Gowa, untuk bertindak cepat dan menyelidiki kasus ini hingga ke akar-akarnya.
"Ini momentum bagi Polres Gowa untuk membongkar kasus ini. Jangan sampai ada kelambanan dalam penyelidikan. Kami mendesak agar Kapolres dan penyidik tidak main-main, bongkar siapa aktor intelektual dan dalangnya," tegasnya.
Ia juga merasa sangat prihatin dengan fakta bahwa kejahatan ini terjadi di perpustakaan UIN Alauddin Makassar, yang seharusnya menjadi simbol peradaban dan ilmu pengetahuan. "Perpustakaan itu simbol peradaban ilmu, kenapa kejahatan bisa ditemukan di dalamnya?" tandas Rudianto.
Kasus ini semakin menarik perhatian publik karena uang palsu yang ditemukan diduga memiliki teknologi tinggi, bahkan dikabarkan dapat dimasukkan ke dalam mesin ATM. "Uang palsu ini bisa dimasukkan ke dalam ATM, artinya teknologi pembuatannya sangat canggih. Kejahatan yang canggih tentu melibatkan orang-orang yang juga canggih," jelas Lallo. Setelah pengembangan lebih lanjut, ditemukan pula keterlibatan pihak luar, khususnya dari kalangan perbankan.
Rudianto pun mengingatkan agar kasus ini tidak dianggap enteng. "Ini harus diseriusi karena kejahatan ini merusak nama baik kita, khususnya di Sulawesi Selatan dan Makassar. Kami minta kepada pihak kepolisian untuk serius mengungkap siapa saja yang terlibat," ujarnya.
Terkait lambannya informasi mengenai perkembangan kasus ini, Rudianto Lallo menegaskan bahwa polisi seharusnya lebih transparan dan terbuka kepada publik. "Presisi itu salah satunya adalah transparansi. Jadi, jika ada hal yang ditutup-tutupi dalam proses penyelidikan, itu tidak sesuai dengan jargon 'Polri Presisi' yang digadang-gadang," ungkap Rudianto.
Harapannya, pihak kepolisian dapat memberikan update secara rutin, agar masyarakat mengetahui perkembangan kasus ini. Karena jumlah uang yang diamankan sangat besar, Rp446.700.000 dengan emisi Rp100 ribu terbaru.
"Polres Gowa seharusnya bisa memberikan update setiap hari, memberi tahu siapa saja saksi yang sudah dipanggil, penemuan terbaru, dan apakah ada tersangka yang sudah ditetapkan," tambahnya. Lallo juga menekankan pentingnya mengungkap siapa yang mendanai kejahatan ini, apakah melibatkan pihak perbankan atau bahkan petinggi di UIN Alauddin Makassar.
Jika kasus ini tidak diungkap dengan transparan, Lallo mengancam akan meminta penyelidikan lebih lanjut melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR. "Jika ada indikasi bahwa kasus ini ditutup-tutupi, kami akan panggil untuk RDP. Kami tidak ingin kasus ini seperti kasus-kasus lainnya yang baru mendapat perhatian ketika sudah viral," tutupnya. (LN/J-3)
Tersangka Annar Salahuddin Sampetoding, menadapat penjagaan ketat oleh 4 personel Polisi, dari Polres Kabupupaten Gowa Sulawesi Selatan di RS Bhayangkara Makassar.
Bahkan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Rizky Ernadi, mengatakan kasus uang palsu yang telah diungkap Polres Gowa seperti gunung es.
Perwakilan BI menduga sudah banyak uang palsu yang beredar di masyarakat tidak hanya kasus peredaran dan pembuatan uang palsu di Makassar dan Gowa.
Kapolda Sulsel membeberkan kronologi penangkapan berawal dari personel Polsek Pallangga mendapat informasi dari warga terkait adanya peredaran uang palsu sehingga dibentuk tim gabungan.
Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Hamdan Juhannis memastikan Kepala UPT Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim, setelah terlibat peredaran dan pembuatan uang palsu.
Kapolda Sulsel menyampaikan kronologi penangkapan para pelaku peredaran dan pembuatan uang palsu di Gowa dan Makassar
Satu tersangka pembuatan uang palsu di Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar sudah tertangkap oleh Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Wajo, Senin (16/12) .
Empat di antaranya, yang diduga anggota jaringan peredaran dan pembuatan upal tersebut, tertangkap di Mamuju, Sulawesi Barat.
Salah satu bukti penting dalam penyidikan ini adalah mesin yang baru saja diperiksa oleh tim penyidik.
Informasi tersebut beredar setelah rekan pelaku melakukan pembayaran kredit menggunakan uang palsu di salah satu perusahaan pembiayaan (finance) di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved