Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PEREDARAN uang palsu menjadi ancaman serius bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia. Uang palsu tidak hanya merugikan individu yang menerimanya, tetapi juga mengurangi kepercayaan terhadap salah satu simbol kedaulatan negara, yaitu rupiah.
Bahkan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Rizky Ernadi, mengatakan kasus uang palsu yang telah diungkap Polres Gowa seperti gunung es. Karena, menurutnya, kasus tersebut hanya pemukaannya saja. Sedangkan uang palsu yang mungkin sudah beredar jauh lebih banyak. Hal itu disampaikannya saat mengikuti konferesi pers pengungkapan peredaran dan pembuatan uang palsu di Polres Gowa, Kamis (19/12)
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali ciri-ciri uang rupiah yang asli. "Masyarakat harus lebih berhati-hati, terutama saat bertransaksi dengan pecahan besar, seperti uang Rp100 ribu," ungkapnya.
Ada pun ciri-ciri uang rupiah harus diperhatikan dengan seksama. "Memang tidak mudah melihatnya secara kasat mata. Salah satu cara adalah dengan memiringkan uang untuk melihat efek shifting color (perubahan warna). Masyarakat juga diingatkan untuk memperhatikan micro text pada uang. Jika gambar terlihat buram, itu bisa menjadi indikasi bahwa uang tersebut palsu. Pencetakan uang palsu biasanya menggunakan bahan yang berbeda, sehingga hasilnya tidak sebaik uang asli," urainya.
Hanya saja, katanya, untuk kasus uang palsu yang diungkap Polres Gowa tersebut pihaknya bukan dalam kapasitas menilai persentase kemiripan uang asli dengan uang palsu yang beredar tersebut. "Kenali saja ciri-cirinya," tukas Rizky.
Ia mengimbau jika seseorang menemukan uang palsu, tidak ada cara untuk menukarnya. "Uang palsu tidak dapat diganti. Jika Anda menemukan uang palsu, laporkan ke polisi atau Bank Indonesia. Namun, Anda akan mengalami kerugian karena uang tersebut tidak dapat ditukar," tegasnya.
Sebagai langkah preventif, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri uang rupiah dan pentingnya menggunakan metode pembayaran yang aman. "Kami akan melaksanakan sosialisasi setiap tahunnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang uang palsu dan cara menghindarinya," tutupnya.
Dengan edukasi yang tepat, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan tidak menjadi korban peredaran uang palsu yang merugikan. (LN/J-3)
Kasus ini sungguh di luar dugaan, di luar nalar kita, kenapa? Karena pabrik uang palsu ini terjadi di lembaga pendidikan yang notabene berada di bawah naungan Kementerian Agama.
Satu tersangka pembuatan uang palsu di Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar sudah tertangkap oleh Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Wajo, Senin (16/12) .
Kepolisian juga memeriksa dua orang lain sebagai saksi, dan masih melakukan pengejaran terhadap tiga orang lainnya yang masuk dalam sindikat pembuatan uang palsu di Gowa.
Dari hasil pengembangan kasus ada dua lokasi pembuatan uang palsu yaitu di Jalan Sunu III Kota Makassar, dan Jalan Yasin Limpo Kabuaten Gowa, teparnya di Gedung Perpustakaan UIN Alauddin.
Kapolda Sulsel menyampaikan kronologi penangkapan para pelaku peredaran dan pembuatan uang palsu di Gowa dan Makassar
Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Hamdan Juhannis memastikan Kepala UPT Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim, setelah terlibat peredaran dan pembuatan uang palsu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved