Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Politik Jadi Instrumen Sejarah untuk Lahirkan Perubahan

Golda Eksa
27/11/2024 12:34
Politik Jadi Instrumen Sejarah untuk Lahirkan Perubahan
Sultan Tidore Husain Alting Sjah (tengah) .(Ist)

KOORDINATOR Pusat Mahasiswa Maluku Utara Jakarta Jawa, Muhammad Nofit Latara menilai sejarah adalah arena perjuangan kelas yang terus bergerak. Maluku Utara, dengan segala kekayaan sumber daya alamnya, adalah contoh nyata dari kontradiksi kapitalisme modern. 

Pun Husain Alting Sjah hadir tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi sebagai representasi dari kehendak rakyat yang ingin merebut kembali kedaulatan atas tanah dan kehidupannya.

Menurut Nofit, Husain Alting Sjah yang merupakan Sultan Tidore bukan sekadar tokoh politik. Husain adalah produk dialektis dari kontradiksi zaman, yang memahami bahwa politik bukanlah sekadar seni merebut kekuasaan, tetapi instrumen sejarah untuk melahirkan perubahan yang berpihak pada rakyat. 

"Ketenangannya adalah strategi yang dibangun dari pemahaman mendalam bahwa perubahan tidak terjadi dalam kebisingan, tetapi melalui kerja panjang, kesadaran kolektif, dan keberpihakan yang tegas pada keadilan," kata Nofit, dalam keterangannya, Rabu (27/11).

Sebagai pewaris tradisi Kesultanan di Moloku Kie Raha, terang dia, Husain membawa visi politik yang melampaui demokrasi liberal yang sering kali terjebak dalam ilusi kebebasan.

"Tradisi bukanlah romantisme belaka, melainkan senjata ideologis yang ia gunakan untuk melawan ketidakadilan struktural. Husain Alting memahami bahwa tradisi adalah bagian dari sejarah yang terus bergerak, bernegosasi dengan modernitas tanpa kehilangan esensinya," katanya.

Dalam konteks politik hari ini, imbuh dia, ketenangan Husain Alting adalah bentuk perlawanan terhadap narasi hegemoni. Husain disebut memilih untuk tidak larut dalam drama politik karena tahu bahwa revolusi sejati tidak lahir dari kegaduhan, tetapi dari proses panjang pengorganisasian, pembelajaran, dan pembebasan.

"Dalam kebisingan demokrasi, suara kita adalah senjata yang harus diarahkan untuk menghancurkan hegemoni dan membangun tatanan baru yang adil," tandasnya. (J-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eksa
Berita Lainnya