Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Transportasi Udara Jadi Kendala Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Sikka

Ardi Teristi ardi
10/8/2024 14:40
Transportasi Udara Jadi Kendala Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Sikka
Objek Wisata bahari di Pulau Kojadoi, Kabupaten Sikka, NTT.(Dok. MI/Gabriel Langga)

SEKTOR pariwisata sangat potensial untuk menambah pendapatan masyarakat serta meningkatkan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Anggota tim ahli Pusat Studi Pariwisata UGM, Destha Titi Raharjana mengatakan, Kabupaten Sikka mempunyai kekuatan untuk menahan lama tinggal wisatawan karena memiliki pesona budaya dan alam yang beragam dan masih natural.

“Sayangnya, pariwisata di sini (Sikka) masih menghadapi sejumlah kendala dalam pemasarannya,” papar dia dalam siaran pers dari Humas UGM, Sabtu, (10/8).

Berbagai permasalahan yang dihadapi antara lain, pertama ketersediaan moda transportasi udara masih terbatas. Jadwal penerbagangan menuju dan dari Sikka belum mendapat kepastian di setiap harinya.

Baca juga : Kapal Pesiar yang Bawa Turis Asing Singgah di Sikka

“Sampai saat ini penerbangan masih tergantung dari Labuan Bajo-Manggarai Barat,” terangnya.

Kedua, jarak tempuh perjalanan menuju ke Sikka memerlukan waktu lebih lama. Ketiga, dari sisi promosi, khususnya lewat pendekatan POSE (Paid Media, Own Media, Social Media, dan Endorse) masih belum serius dan mendapat dukungan fasilitas yang memadai.

Belum lagi SDM yang inovatif, dan terbatasnya anggaran untuk ini.

Baca juga : Anggota DPR RI Dorong Pelaku Ekonomi Kreatif di Sikka Tonjolkan Narasi Destinasi Wisata

“Keempat, pemanfaatan teknologi informasi untuk pemasaran meski sudah dijalankan namun demikian up-dating dan pengemasan promosi lainnya belum banyak dilakukan,” imbuh Desta.

Peneliti Puspar yang lain, Wijaya menyampaikan, hasil analisis yang dilakukan Puspar UGM terkait daya tarik wisata mencatat sebanyak 126 objek tersebar di 21 kecamatan. Kecamatan Waigete memiliki jumlah objek daya tarik wisata terbanyak, yaitu 12 objek, diikuti Kecamatan Palue, Alok Timur, dan Kecamatan Magepanda masing-masing 10 objek.

"Kecamatan dengan jumlah daya tarik wisata paling sedikit, yaitu Kecamatan Mapitara dan Kecamatan Koting sebanyak 1 objek," terang dia.

Baca juga : Internet untuk Pariwisata Maumere

Daya tarik wisata alam menempati urutan terbanyak, yaitu 73 objek, disusul wisata budaya 47 objek, dan saya tarik wisata buatan sebanyak 6 objek. “Dari 126 daya tarik wisata terdapat 10 daya tarik wisata unggulan berdasarkan Kriteria Penilaian daya tarik wisata,” katanya.

Wijaya menyebutkan beberapa lokasi objek daya tarik wisata yang potensial dikembnagkan diantranya Pulau Koja Doi, Pantai Mini, Bukit Purba, dan Jembatan Batu, Pulau Pangabatang, Pantai Koka, Sanggar Budaya Bliran Sina, Sanggar Budaya Lepo Lorun, Tanjung Kajuwulu, Wisata Alam Egon, Pulau Babi, Sanggar Budaya Doka Tana Tawa, dan Pantai Paga.

Asisten peneliti Puspar UGM, Ika Racmadhani Kurniawan menambahkan, dari analisis kewilayahan pariwisata yang dilakukan Pusat Studi Pariwisata UGM mengusulkan empat Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK), tiga Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK), dan tujuh Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK).

Baca juga : Gunung Lewotobi Kembali Erupsi, Warga Sikka Dilanda Hujan Abu Vulkanik

Ketujuh KSPK Sikka adalah Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Maumere dan sekitarnya, Kajuwulu-Magepanda dan sekitarnya, Kota Maumere dan sekitarnya, Egon-Blidit dan sekitarnya, Nita-Nelle dan sekitarnya, Kojowair-Umauta dan sekitarnya, dan Koka-Paga dan sekitarnya.

Temuan tersebut sudah disampaikan kepada pemerintah Kabupaten Sikka dalam Ekspos Akhir Penyusunan Dokumen Reviu Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sikka yang merupakan hasil kerja sama Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Sikka dengan Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Selasa (6/8) di Aula Bapperida Pemkab Sikka.

Belum Mampu Bersaing

Salah seorang pelaku wisata lokal Dominggus mengakui, beragam potensi yang dimiliki Kabupaten Sikka tampaknya belum mampu bersaing dengan destinasi lainnya. Menurutnya, sulit bagi Sikka untuk bersaing dengan Labuan Bajo karena statusnya sebagai destinasi super premium yang mendapat sokongan anggaran besar dari pemerintah.

“Pembangunan pariwisata Labuan Bajo berskala besar berbasis infrastruktur telah meminggirkan budaya lokal disana. Karenanya kita berusaha agar Sikka harus menjadi antitesis dari Labuan Bajo dan menempatkan budaya sebagai kekuatan yang tidak dimiliki kabupaten sekitarnya,” terang dia.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya