Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Harga Kopi Melejit, Petani Khawatirkan Pencurian yang Makin Marak

Udin Ali Nani
02/8/2024 15:00
Harga Kopi Melejit, Petani Khawatirkan Pencurian yang Makin Marak
Petani kopi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.(Dok. Metro TV)

PETANI kopi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terpaksa harus memanen kopinya lebih awal, walaupun masih hijau. Hal itu dilakukan, karena harga kopi yang melejit. Selain itu, karena tingginya harga kopi, juga memicu maraknya pencurian kopi.

Petani kopi jenis robusta, di pegunungan muria, di Dukuh Segawe, Desa Klakahkasian, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, memang bisa tersenyum, karena harga kopi yang melejit di tahun 2024 ini. Di tahun 2022, harga kopi hanya di kisaran Rp25 ribu hingga Rp8 ribu rupiah per kilogramnya. Namun, mulai awal tahun 2023, harga kopi di tingkat petani terus merangkak naik, hingga menyentuh harga tertinggi, mencapai Rp31 ribu rupiah hingga Rp33 ribu rupiah per kilo. Itupun, untuk harga kopi yang biasa saja, bukan kopi yang paling bagus.

Dan, memasuki awal tahun 2024, harga kopi menyentuh di angka Rp50 ribu per kilonya. Harga tersebut, terus melejit hingga pertengahan 2024 ini, tembus hingga Rp75 ribu per kilonya. Tingginya harga kopi ini, mengakibatkan petani terpaksa memanen lebih awal, untuk mengejar tingginya harga.

Baca juga : 20 Daerah Hadirkan Produk Kopi Unggulan di Jateng Fair 2024 

Petani pun memanen kopinya, yang masih hijau. Tingginya harga kopi, juga memicu kriminalitas dengan maraknya pencurian kopi.

Ketua kelompok tani segawe lumintu mberkahi, Desa Klakahkasian, Joko Prasetyo, mengungkapkan, jika petani di desanya, saat ini terpaksa memetik kopinya, yang masih hijau, agar bisa dijual dengan harga tinggi. Selain itu, juga untuk mengantisipasi agar tidak keduluan dengan maling kopi.

Joko berharap, pihak berwajib untuk sering melakukan patroli, untuk antisipasi maraknya maling kopi, sehingga petani tidak merugi banyak. Kini, stok kopi robusta pegunungan muria, juga sudah menipis, karena kopi dari petani langsung dijual, dan tidak ditimbun. Selain itu, produktivitas kopi juga turun, akibat cuaca panas yang tinggi.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya