Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Lopis Raksasa jadi Hidangan Tradisi Syawalan Kota Pekalongan

Akhmad Safuan
12/4/2024 09:45
Lopis Raksasa jadi Hidangan Tradisi Syawalan Kota Pekalongan
Proses pembuatan lopis raksasa di Pekalongan sebagai tradisi Syawalan di Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.(MI/Akhmad Safuan)

TRADISI Syawalan bagi warga Kota Pekalongan menjadi momentum yang langka dan dirayakan sepekan setelah Idul Fitri. Tradisi ini biasanya dilakukan warga Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara.

Dalam tradisi ini, mereka menyajikan suguhan berupa kue lopis. Makanan tradisional ini terbuat dari beras ketan yang dicampur parutan kelapa. Biasanya dalam syawalan, kue tersebut akan dibagian ke warga dan ribuan tamu lainnya yang hadir. 

Sayangnya hujan gerimis yang mengguyur Kota Pekalongan, sempat membuat warga patah semangat. Namun puluhan pemuda terus bahu membahu mengangkat dandang raksasa berdiameter tiga meter dengan tinggi 2,5 meter di sebuah tanah lapang, sedangkan puluhan warga lainnya mulai mengakut kayu bakar, serta memarut satu pickup kelapa.

Baca juga : Lebaran Usai, Sejumlah Daerah Pantura Jateng Siapkan Syawalan

Hari ini Kamis (11/4) merupakan awal proses pembuatan lopis raksasa yang akan dibagikan kepada ribuan warga pada puncak Syawalan Rabu (17/4), karena lopis tang dibuat berukuran super jumbo, maja proses juga cukup panjang dari menyiapkan bahan baku beras ketan harga ratusan kilogram, kelapa, kayu bakar, dan daun pisang.

"Rencana awal memulai memasak lopis raksasa Jumat (12/4), tetapi kemudian dimajukan satu hari dengan pertimbangan hari Jumat banyak warga yang menunaikan ibadah Jumatan," kata Humas Festival Lopis Raksasa Iwan Kurniawan.

Mengusung tema 'Semangat Kolaborasi untuk Menjaga Tradisi' pada tahun ini, kata Iwan, kue lopis raksasa yang dibuat akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Iwan berharap kue itu akan kembali memecahkan musium rekor Indonesia.

Baca juga : Ganggu Jalur Penerbangan, Polres Pekalongan Sita 137 Balon Udara Raksasa

Menurut rencana, lanjut Iwan, kue lopis raksasa tahun ini dipastikan lebih besar dibandingkan tahun lalu tinggi 223 centimeter dan diameter 250 centimeter serta berbobot total  1.830 kilogram, sedangkan acara pemotongan lopis dilaksanakan pada Rabu (17/4) mendatang. 

"Hari Minggu (14/4) kita buat dan siapkan panggung," tambahnya.

Ketua Pelaksana Acara Syawalan dan Pemotongan Lupis Raksasa Muhammad Zuhdi Assyauqi mengungkapkan untuk  proses memasak lopis raksasa ini ini cukup panjang, diawali dengan pencucian beras ketan sebagai bahan dasar lopis yang dimulai dari H+3 lebaran Idul Fitri saat pagi hingga siang hari.

Baca juga : Operasi TMC Dilakukan untuk Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi di Jawa Tengah

"Kemudian bahan tersebut dikukus setengah matang pada wadah dandang besar dan ditumbuk agar dapat menyatu dengan parutan kelapa, setelah itu baru dimasukkan ke dalam keranjang lopis raksasa yang telah disiapkan tersebut dengan pembungkus daun pisang, baru kemudian dikukus lagi dengan dandang raksasa," ujar Zuhdi Assyauqi.

Proses perebusan beras ketan menjadi lopis ini, menurut Zuhdi, membutuhkan waktu dua hari dua malam. Setelah matang lopis diangkat dan didinginkan selama dua  hari, hingga siap dipotong tepat pada hari H Syawalan.

"Potong-potongan lopis inilah nanti dibagikan kepada warga yang hadir secara gratis," imbuhnya.

Baca juga : 2 Tewas, 61 Warga Mengungsi Akibat Banjir Bandang Pekalongan

Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kota Pekalongan Mohamad Sahlan mengatakan tradisi membuat lopis berukuran besar pada saat syawalan di Krapyak akan didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda khas Kota Pekalongan ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

"Namun sebelumnya akan dibuat buku sebagai syarat utama pengajuan pendaftaran tradisi lopis sebagai warisan budaya tak benda khas Kota Pekalongan," kata Mohamad Sahlan.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Naskah Akademik Kajian Warisan Budaya Tak Benda berapa waktu lalu, menurut Sahlan, digelar untuk melakukan klarifikasi data dan penjaringan informasi baru mengenai asal mula tradisi pembuatan lopis pada saat syawalan di Krayak yang digali dari masyarakat Krapyak, pelaku sejarah atau budaya sebagai bahan primer.

Selain itu penulisan buku ini sangat penting dilakukan, lanjut Mohamad Sahlan, karena suatu tradisi atau budaya daerah tanpa ditulis, akan membuat generasi muda tidak bisa mengetahui asal muasal tradisi atau budaya tersebut, termasuk tradisi lopisan yang sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat asli Krapyak. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya