Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
GANGGUAN hama wereng cokelat terhadap tanaman padi musim rendengan (musim tanam pertama) di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, telah menjadi momok menakutkan bagi petani setempat. Apalagi dari 22 kecamatan yang memiliki lahan sawah produktif, sebanyak 19 diantaranya telah menyebar serangan hama berbahaya itu.
Anehnya, peredaran benih galur (benih ilegal tidak ada izin sebar) di kawasan Kabupaten Pidie dan sekitarnya terjadi dengan sangat bebas. Lalu cukup akrab dengan petani dan mudah didapati di pasaran, toko-toko penjualan benih, pada agen penyalur atau dimana saja.
Padahal sesuai penelusuran Media Indonesia, sejak dua pekan lalu hingga Minggu (25/2), meluasnya serangan hama wereng cokelat dan tinggi populasi hama penghisap cairan batang padi itu diduga terpicu karena banyak pemakaian benih galur oleh petani setempat.
Baca juga : Hama Ulat Penggerek Batang Serang Lahan Sawah di Aceh
Benih galur itu selain lemah imun kekebalan, juga sangat rawan terserang dan mudah berkembang hama penyakit. Sehingga menjadi sumber penyebaran hama ke lahan sawah varietas benih lain (benih sudah uji laboratorium yang dianjurkan tanam pemerintah).
Dari penelusuran Media Indonesia, berbagai varietas benih galur dijual bebas di kawasan Kabupaten Pidie dan sekitarnya. Antara lain yaitu Cibatu (Ciherang batu), Bojeng (persilangan Cibatu-Boma), Kabir (Karawang Bireuen), dan Srikandi.
Adapun jenis paling banyak digunakan petani di Pidie dan sekitarnya adalah varietas Cibatu. Alasannya Cibatu bisa menghasilkan produksi panen lebih besar dari jenis galur lainnya yakni mencapai 12 ton/Ha (hektare).
Baca juga : Petani Padi di Pidie Diharapkan Selesai Tanam di Bulan Januari
Karena cukup diminati petani, benih ilegal varietas Cibatu pun berbagai turunan. Yaitu Cibatu F 1, Cibatu F 2, Cibatu F3, Cibatu F 4 dan Cibatu F5. Karena banyaknya jenis benih galur sehingga hampir sama jumlahnya dengan benih penangkar resmi dan sangat sulit membedakan, kecuali yang ilegal tidak tertera label dari pemerintah terkait.
Karena demikian, siapa saja yang hendak memperoleh benih galur berbagai corak sangat mudah mendapatkan dipasaran. Itu tersedia di toko penjualan benih, pada agen penyalur dan banyak juga dijual oleh orang-orang tertentu yang memiliki jaringan benih.
Benih galur yang sebenarnya ilegal atau liar itu ternyata tidak tersembunyi penjualannya sedikitpun. Bahkan para penjual atau agen penyalur dengan gamblang menawarkan kepada petani atau pemilik lahan sawah.
Baca juga : Mentan Amran Dukung Jatim Menjadi Penghasil Pangan Nasional Terbesar Di Indonesia
Pakar Ilmu Tanah yang Dosen Pertanian Universitas Syi'ah Kuala (USK), kepada Media Indonesia, Senin (26/2) mengatakan, maraknya peredaran benih galur di pasaran Aceh itu sangat merugikan petani. Pasalnya benih tanpa sertifikasi dan tidak memiliki izin sebar itu tidak sangat diragukan kekebalan dari serangan hama penyakit.
Apalagi benih liar tersebut sebelum dipasarkan tidak dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui apakah layak digunakan oleh petani atau malah mengundang masalah serius. Dalam hal ini pemerintah harus mencari dan mendeteksi siapa pelakunya.
Helmi yang merupakan lulusan Doktoral Universitas Nagoya Jepang itu mewanti-wanti, akibat peredaran benih galur itu sangat merugikan petani. Misalnya pemicu cepatnya populasi hama wereng cokelat di Kabupaten Pidie akibat petani ramai menanam benih galur.
Baca juga : Benih Palsu Padi Dominasi Pasar Nasional. Waduh!
Lalu juga sangat merugikan penangkaran benih resmi yang memiliki izin sebar dari pemerintah. Selain mereka membayar pajak kepada negara juga merugikan usaha di sektor pertanian.
"Ini sama dengan menipu pemerintah dan membajak bisnis penangkar profesional. Kalau tidak ditertibkan sangat berbahaya serta merugikan. Apalagi di tengah gonjang ganjing persoalan beras dan tingginya harga beras" tutur lelaki kelahiran Pidie itu.
(Z-9)
Teknologi ini untuk memantau perkembangan tanaman padi. Metodenya adalah memasang kamera CCTV pada tower khusus di lahan sawah.
Ikan dencis dari biasanya Rp25.000 per kg (kilogram), sekarang naik menjadi Rp45.000 per kg.
Di tengah musim tanam padi gadu (musim tanam kedua), harga gabah di Kabupaten Aceh utara, Aceh, melonjak.
TIADA perbuatan paling indah, kecuali berpuasa A'syura dan menyantuni anak yatim serta bersedekah kepada orang miskin di Hari A'syura, 10 Muharram 1447 H.
KELANGKAAN hingga tingginya harga gas elpiji 3 kilogram (kg) di kawasan Provinsi Aceh jalan terus. Sejak tiga pekan terakhir hingga Minggu (6/7), belum ada tanda-tanda membaik.
Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram di Provinsi Aceh terus berlangsung. Sejak tiga pekan terakhir hingga, Minggu (6/7), belum ada tanda-tanda pasokan gas tersebut membaik.
PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo subholding dari PTPN III (Persero) mendapat apresiasi dari Pimpinan VII BPK Slamet Edy Purnomo dalam kunjungan kerjanya ke Java Coffee Estate.
PEMERINTAH Indonesia tengah memacu transformasi ekonomi nasional melalui penguatan sektor pangan dan energi domestik.
Keunggulan melon itu terletak pada produktivitas tinggi, ketahanan terhadap penyakit, dan kualitas buah premium yang sesuai dengan permintaan pasar modern.
Permentan 15/2025 Permudah Petani Peroleh Pupuk Bersubsidi
Kakao (Theobrema cacao L.) tidak hanya berperan sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber devisa negara, tetapi juga menjadi tulang punggung pendapatan ribuan petani.
Adapun Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan 10 dari 212 produsen beras nakal telah diperiksa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved