Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KEPALA Stasiun Klimatologi Kelas II Nusa Tenggara Timur (NTT), Rahmatulloh Adji, menyebutkan fenomena El Nino di daerah itu diprakirakan akan bertahan pada level moderat sampai Desember 2023, bahkan sampai dengan Januari dan Februari 2024.
Rahmatulloh menyebutkan hal itu dalam jumpa pers di Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, Selasa (20/9).
Sedangkan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD), yang merupakan salah satu pengendali iklim di Indonesia, diprakirakan akan tetap positif hingga akhir 2023. Kombinasi dari kedua fenomena diprakirakan akan berkontribusi pada mundurnya awal musim hujan dan durasi hujan yang lebih pendek terhadap normalnya di Indonesia.
Baca juga: Daerah yang Mengalami Krisis Air Bersih Meluas
"Sampai awal September 2023, El Nino masih berlangsung dengan intensitas moderat dengan nila anomali suhu di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur (atau disebut sebagai indeks Nino 3.4) sebesar +1,62. Kondisi anomali suhu muka laut di Samudera Hindia menunjukkan fenomena dipole mode event atau IOD dalam kondisipPositif dengan indeks dipole mode sebesar +1,19," sebut Rahmatulloh Adji.
Untuk awal musim hujan di NTT, Rahmatulloh menyebutkan sebanyak 19 atau 32% dari 28 zona musim (ZOM) akan turun hujan pada November 2023 meliputi sejumlah kabupaten di Flores, Timor, dan Sumba. Untuk 68% ZOM lainnya baru akan memasuki musim hujan pada Desember 2023.
Baca juga: 5 Kabupaten di Sulteng Berpotensi Kekeringan Parah
Menurutnya, jika membandingkan periode awal musim hujn 1991-2020, awal musim hujan di NTT pada 2023/2024 mundur dibandingkan normalnya pada 16 ZOM atau 57%, sedangkan diperkirakan sama dengan normal ada 11 ZOM (39%) dan maju sebanyak satu ZOM atau 4% yakni Manggarai Barat bagian tengah. Adapun puncak musim hujan 2023/2024 diprakirakan terjadi pada Februari 2023 sebanyak 16 ZOM atau 57%.
Kepala Pusat Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menyebutkan, saat ini seluruh wilayah NTT masih mengalami musim kemarau yang bersamaan dengan fenomena El Nino. Dampak dari fenomena antara lain muncul kekeringan di beberapa wilayah kabupaten.
Untuk itu, masyarakat diingatkan melakukan upaya adaptasi seperti menghemat air, tidak melakukan aktivtas yang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lahan, serta mencegah kemungknan timbulnyapenyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
"Kita perlu mengantisipasi musim hujan di NTT yang kira-akan datang di sekitar Desember. Kita melihat dampak dari fenomena kemarau yang dibayangi El Nino di beberapa kabupaten di NTT cukup signifkan. Untuk memetigasi dampak tersebut, kita butuh peran aktif dari masyarakat," ujarnya.
(Z-9)
Warga eks Timor Timur Terdampak Kekeringan
Dampak kemarau panjang menimbulkan kekhawatiran terhadap krisis pangan
Masa tanggap darurat bencana kekeringan di Majalengka akan berakhir Selasa (31/10).
Untuk mengatasi kekeringan, sebagian petani bahkan harus merogoh uang untuk membeli air.
Bencana pertanian itu terjadi di tiga kecamatan.
Saat ini pihaknya masih rutin melakukan distribusi air bersih ke Kelurahan Argasunya. Hingga kini masyarakat di sana masih membutuhkan air bersih
Cukup tidur juga dapat memperbaiki jaringan kulit wajah karena penyerapan produk yang Jelita gunakan (skincare, vitamin) menjadi lebih maksimal dan efektif.
Batuk rejan diketahui kerap membuat anak-anak itu sangat kesulitan untuk menarik nafas, dan sampai mengeluarkan bunyi.
Pastikan anak membawa botol air saat mereka berada di luar, mengenakan pakaian pelindung matahari dan tabir surya mineral, serta tidak berada di bawah sinar matahari terlalu lama.
Saat ini sebagian wilayah Jawa Barat sedang memasuki masa peralihan atau pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau.
Pompanisasi merupakan solusi tercepat mengatasi krisis pangan.
Untuk kebakaran hutan, dari 22 kelurahan terdapat 13 kelurahan yang pernah mengalami kebakaran hutan dan lahan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved