Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ramadan Ceria, Panen Kopi di Sindangkerta Melimpah, Bersiap Ekspor ke Amerika

Depi Gunawan
05/4/2023 20:28
Ramadan Ceria, Panen Kopi di Sindangkerta Melimpah, Bersiap Ekspor ke Amerika
Seorang petani di Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat, bersiap memetik tanaman kopinya.(MI/DEPI GUNAWAN)

Petani kopi di Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pantas bersukaria. Saat ini, mereka sedang memasuki panen raya.

Tidak hanya hasil panen yang melimpah, biji kopi yang dihasilkan juga berhasil menembus pasar ekspor. Selain ke negara-negara di timur tengah, kopi dari para petani yang tergabung dalam Koperasi Halu Farm tersebut juga bakal segera merambah pasar di Benua Amerika.

"Volume ekspor ke Amerika belum bisa ditentukan. Kita lihat dulu hasil
panennya nanti. Tapi, sekarang kami sudah menyiapkannya," ucap Rani, 43, petani, Rabu (5/4).

Dia mengatakan, saat ini petani mesti menyiapkan hingga 19 ton green bean hasil panen untuk diekspor ke wilayah timur tengah. Sebelum dikirim, biji kopi itu terlebih dahulu disimpan di gudang penyimpanan di Kampung Citunjang RT 03/01 Desa Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta.

"Panen raya tahun ini kita akan fokus memenuhi permintaan ekspor ke middle east. Dalam waktu dekat kami kirim sebanyak 19 ton kopi green bean ke sana," kata Rani.

Tingginya permintaan ini tidak terlepas dari kualitas biji kopi dari hasil panen dan proses yang baik. Halu Farm memiliki tahapan proses pascapanen yang berbeda dari yang lain sehingga bisa menghasilkan biji kopi yang diminati konsumen di luar negeri.

"Kami di sini menerapkan skema pasca panen, mulai dari fermentasi,
pengupasan, penjemuran, hingga pengemasan. Dalam proses ini tentu terjadi penyusutan hasil panen dari ceri kopi menjadi green bean," ungkap Rani.

Diakuinya, panen kopi tahun ini cukup melimpah dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Namun dengan melimpahnya panen, bukan berarti harga kopi jadi anjlok, tapi justru lebih mahal.

"Panen melimpah tapi malah harganya melambung. Dari yang biasa harga ceri kopi Rp13 ribu sekarang harganya menjadi Rp17 ribu," tuturnya.

Selama ini, dari 60 petani yang tergabung dalam koperasi Halu Farm, hanya 15 petani saja yang rutin mengirimkan hasil panen ke koperasi. Sisanya malah menjual kepada tengkulak.

Padahal, koperasi sudah menyiapkan skema yang menguntungkan bagi para
petani. Iming-iming dari tengkulak kopi justru merugikan petani pada jangka panjang, sebab ke depannya mereka akan kesulitan mendapat bibit dan pupuk.

"Padahal selama ini untuk biaya bibit, pupuk, semuanya dibiayai oleh
koperasi," jelasnya. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya