Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
RATUSAN nelayan yang tersebar di Bengkulu terpaksa berhenti melaut akibat gelombang tinggi mencapai empat meter.
Ratusan nelayan yang tersebar di tujuh kabupaten di Bengkulu itu memilih tidak mencari ikan di laut karena cuaca ekstrem yang menyebabkan gelombang tinggi mencapai empat meter. Kondisi itu diprediksi akan berlangsung hingga tiga hari ke depan.
Buyung, 39, nelayan di Desa Pondok Kelapa, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, mengatakan, puluhan nelayan yang ada di desa tersebut berhenti melaut akibat gelombang tinggi mencapai empat meter.
"Sudah dua hari ini berhenti melaut akibat cuaca ekstrem dan gelombang yang tinggi di Samudra Hindia" katanya Jumat (7/10).
Selama tidak melaut, lanjut dia, sebagian nelayan beralih profesi menjadi buruh atau tukang bangunan.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pulau Baai, Bengkulu, mengimbau agar nelayan untuk sementara tidak melaut karena cuaca buruk yakni adanya gelombang tinggi di Perairan Pulau Enggano Bengkulu, yang mencapai empat meter.
Untuk saat ini, nelayan dan kapal tongkang diminta tidak berlayar di perairan Bengkulu atau untuk tidak melaut mencari ikan.
Baca juga: BPBD: Empat Desa di Aceh Timur Terendam Banjir
Kepala Seksi Data Informasi BMKG Pulau Baai Bengkulu, Anang Anwar, di Bengkulu, Jumat, mengatakan, diperkirakan hingga tiga hari ke depan wilayah di Provinsi Bengkulu akan terjadi hujan yang disertai dengan angin kencang.
"Nelayan, kapal tongkang dan msyarakat diminta waspada terhadap cuaca yang terjadi di wilayah Provinsi Bengkulu hingga beberapa hari
ke depan," imbuhnya.
Curah hujan yang terjadi di Bengkulu, kata dia, disebabkan adanya sirkulasi siklonik di perairan barat Sumatra sehingga membentuk
konvergensi dan belokan angin di wilayah Sumatra khususnya di Bengkulu.
Selain itu, adanya labilitas udara yang cukup kuat di atmosfer Bengkulu, sehingga dapat menyebabkan adanya potensi pembentukan awan
hujan.
Saat ini, gelombang tinggi juga disebabkan karena pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari timur menuju
tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5 hingga 20 knot.
BMKG juga mengimbau, agar masyarakat untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, dan angin
kencang. (OL-16)
Waspadai banjir rob di sejumlah daerah di Pantura Jawa Tengah, karena air laut pasang masih berlangsung dengan ketinggian maksimum 1 meter.
Daerah perlambatan kecepatan angin atau konfluensi terpantau memanjang dari perairan Barat-Bengkulu hingga Barat-Sumatera Barat, di pesisir selatan Jawa Timur hingga Jawa Tengah
Air laut pasang (rob) tersebut berdampak terhadap sejumlah daerah di Pantura Jawa Tengah seperti Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak, Jepara dan Pati.
Puncak musim kemarau di Riau berlangsung pada Juli, berbeda dengan mayoritas wilayah Indonesia yang puncaknya terjadi di Agustus.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk Rabu, 23 Juli 2025, dengan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah
BMKG merilis prakiraan cuaca 21 Juli 2025: waspadai gelombang tinggi, hujan petir, dan potensi banjir rob di berbagai wilayah Indonesia.
Ikan dencis dari biasanya Rp25.000 per kg (kilogram), sekarang naik menjadi Rp45.000 per kg.
Gelombang tinggi di selatan Jawa Tengah berkisar 2,5-4 meter, sedangkan di perairan utara ketinggian gelombang 0,5-1,25 meter.
BMKG kembali mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk esok hari, Rabu, 16 Juli 2025. Setidaknya 16 wilayah di Indonesia terancam hujan lebat
Gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah berkisar 2,5-4 meter cukup berisiko terhadap aktivitas pelayaran.
Gelombang tinggi berkisar 2,5-4 meter juga masih berlangsung di perairan selatan Jawa Tengah dan ketinggian gelombang 1,25-2,5 terjadi di perairan utara terutama Karimunjawa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved