Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
RATUSAN nelayan yang tersebar di Bengkulu terpaksa berhenti melaut akibat gelombang tinggi mencapai empat meter.
Ratusan nelayan yang tersebar di tujuh kabupaten di Bengkulu itu memilih tidak mencari ikan di laut karena cuaca ekstrem yang menyebabkan gelombang tinggi mencapai empat meter. Kondisi itu diprediksi akan berlangsung hingga tiga hari ke depan.
Buyung, 39, nelayan di Desa Pondok Kelapa, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, mengatakan, puluhan nelayan yang ada di desa tersebut berhenti melaut akibat gelombang tinggi mencapai empat meter.
"Sudah dua hari ini berhenti melaut akibat cuaca ekstrem dan gelombang yang tinggi di Samudra Hindia" katanya Jumat (7/10).
Selama tidak melaut, lanjut dia, sebagian nelayan beralih profesi menjadi buruh atau tukang bangunan.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pulau Baai, Bengkulu, mengimbau agar nelayan untuk sementara tidak melaut karena cuaca buruk yakni adanya gelombang tinggi di Perairan Pulau Enggano Bengkulu, yang mencapai empat meter.
Untuk saat ini, nelayan dan kapal tongkang diminta tidak berlayar di perairan Bengkulu atau untuk tidak melaut mencari ikan.
Baca juga: BPBD: Empat Desa di Aceh Timur Terendam Banjir
Kepala Seksi Data Informasi BMKG Pulau Baai Bengkulu, Anang Anwar, di Bengkulu, Jumat, mengatakan, diperkirakan hingga tiga hari ke depan wilayah di Provinsi Bengkulu akan terjadi hujan yang disertai dengan angin kencang.
"Nelayan, kapal tongkang dan msyarakat diminta waspada terhadap cuaca yang terjadi di wilayah Provinsi Bengkulu hingga beberapa hari
ke depan," imbuhnya.
Curah hujan yang terjadi di Bengkulu, kata dia, disebabkan adanya sirkulasi siklonik di perairan barat Sumatra sehingga membentuk
konvergensi dan belokan angin di wilayah Sumatra khususnya di Bengkulu.
Selain itu, adanya labilitas udara yang cukup kuat di atmosfer Bengkulu, sehingga dapat menyebabkan adanya potensi pembentukan awan
hujan.
Saat ini, gelombang tinggi juga disebabkan karena pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari timur menuju
tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5 hingga 20 knot.
BMKG juga mengimbau, agar masyarakat untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, dan angin
kencang. (OL-16)
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025.
PLN terus mengupayakan penanganan pemulihan gardu listrik yang rusak akibat cuaca ekstrem
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geosofika (BMKG) memprakirakan hujan akan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) dalam sepekan ke depan.
Oktober merupakan masa transisi anomali cuaca. Pasalnya, pada momen itu terjadi peralihan dari musim kemarau ke hujan.
Nenek dan seorang cucunya yang berusia 1 tahun tewas tertimbun longsor di Ciamis, Jawa Barat.
Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Dayeuhkolot dan Kecamatan Cicalengka terendam banjir pada Kamis (30/11) malam.
Imbauan sudah disampaikan kepada semua kepala desa se-Kecamatan Sindangbarang agar waspada terhadap potensi gelombang tinggi di pesisir pantai selatan Kabupaten Cianjur
Cuaca ekstrem dan gelombang tinggi setinggi 4 hingga 6 meter membuat 10 perahu milik nelayan karam dan rusak.
KAPAL Motor (KM) Lebanon yang mengangkut 23 penumpang dilaporkan tenggelam di perairan Pulau Pura, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Selasa (20/8) sekitar pukul 18.00 Wita.
Di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara akan terjadi hujan ringan dengan gelombang air setinggi 0.5 – 1.25 m dan kecepatan angin berkisar 6-20 knots.
Beberapa titik di pesisir utara Jakarta yang mengalami gelombang tinggi di antaranya kawasan Pelabuhan Tanjung Priok.
Data prediksi cuaca terbaru BMKG, diperkirakan pada akhir November akan terjadi hujan dengan intensitas lebat di Jakarta, berbarengan dengan rob.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved