Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

58 Buku Kolaborasi Seri Literasi Digital Diluncurkan

Ruta Suryana
15/8/2022 10:46
58 Buku Kolaborasi Seri Literasi Digital Diluncurkan
Peluncuran 58 buku kolaborasi Seri Literasi Digital di Seminyak, Bali(Dok )

KEMENTERIAN Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GLND) Siberkreasi dan mitra jejaring meluncurkan 58 buku kolaborasi Literasi Digital di Titik Temu Coffee, Seminyak, Bali, Minggu (14/8). Ada tujuh mitra jejaring
yang berkolaborasi dalam peluncuran buku ini, yaitu CfDS (Center for Digital Society) Universitas Gadjah Mada, Common Room, Hipwee, Klinik Digital Universitas Indonesia, ICT Watch, MAFINDO, dan Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).
 
Kegiatan tersebut diselenggarakan dengan tujuan agar masyarakat bisa menggunakan buku-buku Literasi Digital secara masif untuk pendidikan. Buku-buku Literasi Digital yang telah diluncurkan bisa diunduh secara bebas dan gratis melalui situs literasidigital.id.

Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada 2021, saat ini Indonesia masih menduduki kategori "sedang" dalam hal kapasitas literasi digital dengan nilai angka sebesar 3.49 dari 5.00.

Oleh karena itu, Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi dan mitra-mitra meluncurkan 58 buku kolaborasi seri Literasi Digital.

Donny Budi Utoyo, selaku Dewan Pengarah Siberkreasi dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan peluncuran 58 Buku Kolaborasi Seri Literasi Digital menyatakan toleransi yang ada saat ini adalah hasil dari tingkat literasi yang tinggi serta kebebasan berekspresi. Tingkat toleransi semakin tinggi jika apresiasi dan etika ini ada ketika berpendapat.

"Kebebasan berekspresi ini nggak bisa dipisahkan dengan etika dan toleransi. Mereka ini harus jadi satu. Jika tidak, bisa menimbulkan masalah bahkan bisa berujung ke ranah hukum. Alangkah indahnya jika ada perbedaan pendapat, ya diberikan juga tempat untuk berdiskusi secara baik,," kata  Donny Budi Utoyo.

Pada kesempatan yang sama, Amelinda Kusumaningtyas dari CfDS UGM mengatakan bahwa buku-buku yang diluncurkan merupakan bentuk
dari riset tentang perubahan-perubahan sosial yang disebabkan oleh transformasi digital.

baca juga: Gen Z Perlu Ciptakan Ruang Digital Positif dan Aman

Erni Sulistyowati selaku perwakilan dari Common Room, menjelaskan secara singkat tentang 10 buku yang dibuat dengan tujuan untuk membantu menurunkan kesenjangan digital di Indonesia.

Dilanjutkan oleh Andreas Beni Rahadi dari Hipwee yang menjelaskan tentang buklet yang dibuat merupakan hasil kolaborasi dengan 6000 kreator di seluruh Indonesia.

Sementara tim Jaringan Pegiat Literasi Digital (JAPELIDI), membahas tentang panduan dan bagaimana posisi perempuan di dunia daring secara cermat dan bermedia sosial secara bijak.

Tim Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) ikut menjelaskan tentang buku berjudul "Membangun Resiliensi dalam Gejolak Pandemi", yang membahas tentang kisah dan tantangan yang dialami oleh relawan ketika Covid-19 terjadi.

Sesi ditutup dengan penjelasan oleh Mahabatis Shoba, Relawan TIK tentang tiga buku yang dibuat. Ada yang bercerita tentang pemberdayaan di daerah, tentang pengabdian masyarakat dan "Netizen Beradab". (N-1)

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya