Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SUMATERA Utara (Sumut) mampu menekan penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan ternak. Saat ini belum ada tercatat penambahan kasus baru PMK.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap mengatakan, Sumut mendapat apresiasi dari Satgas PMK Nasional atas kemampuannya mengendalikan penularan penyakit mulut dan kuku (PMK). Penularan sudah dapat dikendalikan melihat dari tidak adanya penambahan kasus baru.
"Dari 1.273 kasus pada Juni lalu, berhasil ditekan hingga zero kasus pada saat ini," ungkapnya, Rabu (27/7).
Dia menuturkan, sejak awal, Satgas PMK Nasional menginginkan penanganan PMK yang cepat karena jika tidak, maka akan berdampak luas hingga ke perekonomian. Bahkan warga asing dapat dilarang masuk ke Indonesia oleh negaranya bila penularan PMK tidak terkendali. Sumut sejauh ini telah melaksanakan penanganan sesuai dengan instruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Satgas PMK Nasional.
Pj Sekretaris Daerah Provinsi Sumut yang juga Ketua Satgas PMK Sumut, Afifi Lubis menyebut keberhasilan menekan penularan hingga nihil kasus baru tidak lepas dari berbagai langkah dan strategi dalam penanganan PMK. Diantaranya pengawasan ketat lalu lintas ternak antarwilayah pada tujuh pos chek point di daerah perbatasan provinsi.
Hal ini diterapkan sesuai dengan Surat Edaran BNPB Nomor 4 tahun 2022 tentang Pengendalian Lalu Lintas Hewan Rentan PMK dan Produk Hewan Rentan PMK Berbasis Zonasi. Pembatasan pergerakan ternak dari satu tempat dalam kabupaten/kota juga diterapkan Sumut dengan pemberlakuan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
"SKKH ditandatangani dokter hewan yang berwenang dan terintegrasi ke sistem i-SIKHNAS (Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional)," jelasnya.
Kemudian, Satgas PMK Sumut juga telah membentuk Satgas PMK di kabupaten dan kota. Pemeriksaan secara ketat kesehatan hewan di pasar hewan dan rumah potong hewan (RPH) juga dilakukan secara intensif.
Mereka pun mendirikan posko-posko penanganan PMK, melaksanakan rakor penanggulangan dan pengendalian lintas sektoral serta mendistribusikan obat setiap minggu. Gerakan vaksinasi PMK secara massal di seluruh kabupaten dan kota juga dicanangkan.
"Kita juga melaksanakan pelatihan vaksinasi yang sudah terlaksana 62%, serta melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang PMK di kabupaten dan kota," pungkasnya. (OL-15)
PMK merebak di Desa Cikawungading, Cipanas, Ciheras dan Kertasari, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya,
Tingginya kasus PMK juga berdampak pada penjualan sapi di Pasar Hewan Kabupaten Purwakarta. Penjualan sapi mengalami penurunan.
Sebanyak 500 ekor sapi di Kota Bandung telah mendapatkan vaksin PMK melalui program vaksinasi yang dilakukan secara intensif selama sepekan terakhir.
SEBANYAK 36 sapi di Kecamatan Cipatujah, Parungponteng, Karangnunggal, Bantarkalong, Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mati diduga akibat penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kasus penyebaran PMK di Kabupaten Tasikmalaya telah terjadi di 10 kecamatan
Penyebaran PMK menyebabkan 36 ekor mati dan 470 ekor sapi positif terjangkit.
Dinas KKP DKI Jakarta memastikan tidak ada hewan kurban yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK), lumpy skin disease (LSD), dan Peste Des Petits Ruminants (PPR).
Kasus dengan jumlah tertinggi di provinsi Jawa Timur sebanyak 114.921 kasus, NTB sebanyak 43.282 kasus.
PENANGANAN Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di Jawa Barat mendapatkan apresiasi.
SATUAN Tugas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (Satgas PMK) melaporkan sebanyak 1.121.879 ekor sapi telah menjalani vaksinasi PMK hingga Senin (8/8).
SATUAN Tugas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (Satgas PMK) melaporkan sebanyak 1.531.397 sapi telah menjalani vaksinasi PMK hingga Rabu (16/) pukul 12.00 WIB.
Biosekuriti adalah tindakan untuk mencegah penularan penyakit atau kontaminasi ke dalam atau keluar dari suatu tempat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved