Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Harga Sawit di Aceh Rp800 per Kg, Petani Lesu

Amiruddin Abdullah Reubee
29/6/2022 15:04
Harga Sawit di Aceh Rp800 per Kg, Petani Lesu
Warga sedang menimbang dengan timbangan sawit tandan buah segar di tempat pengimpul kawasan Desa Mesjid Pirak, Kecamatan Matangkuli, Aceh.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee.)

PETANI kelapa sawit di kawasan Provinsi Aceh sekarang semakin resah. Pasalnya harga sawit tandan buah segar (TBS) sejak dua pekan terakhir semakin menurun.

Pantauan Media Indonesia di Kabupaten Aceh Utara, harga sawit tandan buah segar sejak tiga hari terakhir berkisar Rp800 hingga Rp900 per kg. Harga tersebut lebih murah dari pekan lalu berkisar Rp1.300 hingga Rp1.500 per kg.

Kondisi harga yang tidak berpihak terhadap petani sawit itu terus menerus terjadi sejak dua bulan terakhir. Ini terlihat dari harga sawit pertengahan Mei lalu yang berkisar Rp1.700 hingga Rp1.900 per kg.

"Harga Rp800 sekarang adalah yang terendah sejak awal Januari 2022. Kondisi ini kami seperti tidak ada perlindungan sedikitpun dari pemerintah," tutur Teungku Zakaria, petani sawit di Kemukiman Pirak, Kecamatan Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (29/6).

Teungku Zakaria yang juga tokoh masyarakat Matangkuli itu mepertanyakan latar belakang harga jual sawit dari petani terus anjlok sedangkan minyak goreng tetap mahal. Harga tidak berimbang ini selain tergilas petani juga mengundang kemelaratan masyarakat banyak.

Karena turun harga bertubi-tubi, sebagian petani di Aceh Utara hilang semangat untuk memanen buah jenis palem penghasil minyak goreng itu. Bahkan ada di antara petani mulai membiarkan kebun sawit mereka.

Baca juga: Bocah Hanyut Dilempar Ibunya ke Sungai Denai belum Ditemukan

"Sekarang serba salah. Kalau memetik hasil panen, berhadapan dengan harga rendah yang tidak sesuai lagi ongkos kerja. Lalu dibiarkan saja tidak memetik tentu dapat merusak pohon dan mengganggu produksi ke depan," kata Bakhtiar, petani sawit di Desa Blang Ara, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara.

Mereka tentu berharap ada secercah harapan terkait kebijakan penguasa terkait pasar sawit, CPO, dan minyak goreng. Petani seperti tidak menghiraukan pejabat tinggi setingkat menteri yang nengurus pasar nasional dan domestik. Namun nasib perekonomian warga cukup terkait dengan kebijakan pasar oleh penguasa negeri ini. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya