Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Pameran Bersama 41 Pelukis di Bandung, Kerinduan di Tengah Pandemi

Naviandri
29/1/2022 20:15
Pameran Bersama 41 Pelukis di Bandung, Kerinduan di Tengah Pandemi
Pameran 41 pelukis di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung(MI/NAVIANDRI)


SEBANYAK 41 pelukis yang berasal dari DKI Jakarta, Banten, Yogyakarta
dan Jawa Barat, mengikuti pameran seni rupa enCounter. Kegiatan dilaksanakan pada 28 Januari hingga 5 Februari 2022 di Taman Budaya Jawa Barat, di Jalan Bukit Dago Selatan, Kota Bandung.

"Dua tahun sudah kita hidup dalam bayang-bayang kecemasan global. Sejauh itu pula hidup kita seakan dipaksa pada suatu keniscayaan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Pandemi covid-19 yang mencengkram kenyataan hidup di berbagai belahan dunia, menyebabkan kita berada pada posisi yang serupa, sulit dan sulit," kata Diyanto, Kurator pameran seni rupa enCounter di Bandung, Sabtu (29/1).

Situasi yang entah kapan akan melandai dan berakhir ini menyebabkan dia
dan para seniman membuat semakin paham atas makna rindu dan betapa
berharganya perjumpaan.

Karena itu, tajuk pameran kali ini tidak hanya dipahami secara
harfiah, dalam konteks ini enCounter telah mengalami rekayasa penulisan
(typo) sedemikian rupa. Sehingga terbuka kemungkinan menciptakan makna
yang tidak tunggal atau terbukanya makna lain (makna ganda) akibat
rekayasa penulisan.

"Dalam wilayah praktiknya para perupa bebas memilih pijakan dalam
menafsir kata enCounter secara harafiah atau kemungkinan terbuka dari
rekayasa penulisan. Satu hal yang membedakan intensi dari karya-karya
perupa adalah konteks yang dipilihnya," jelasnya.

Pameran seni rupa yang diusung oleh para perupa lintas kota yakni
dari Banten, Jakarta, Yogyakarat dan Bandung sebagai tuan rumah ini.

Pameran, lanjut Diyanto, menampilkan keragaman acuan yang mencermikan orientasi, aneka pendekatan terhadap manifestasi artistiknya. Sebagian karya-karya perupa namapk bertolak dari persoalan yang demikian intim dengan dirinya.

Sebagian lainnya memperlihatkan arti penting penjelajahan material,
penghargaan terhadap nilai kearifan lokal, peran literasi. Sementara
sebagian lainnya mencerminkan pergulatan pemikiran dan pencarian
metaphor, sehubungan dengan persoalan sosial, dan perkara objektifikasi diri.

"Seperti karya perupa senior, Taat J Oeda yang berjudul Semak Itu Indah, selain memeprlihatkan kematangan dirinya dalam menguasai teknik dan mengendalikan keutamaan material, juga memperlihatkan keintiman dirinya atas subject utama yang dipilihnya. Di sisi lain utnuk mengamati kondisi global pandemi sambil terus menjaga harapan dan  kewarasan, tampak dalam karya-karya Rahmat Jabaril, Raden Surachman, Ika Aik KM, Atri dia Wilastrina," ujarnya.

Sementara Deden Mulyadi melalui karya Erosi Media Informasiâ,
nampak merespon kegaduahn situasi yang ditimbulkan oleh media informasi, melalui metafor adu domba. Deden seakan menegaskan kegelisahan dirinya atas situasi.

Pameran seni rupa yang melibatkan para perupa lintas kota ini, tambah
Diyanto, merupakan wujud kepedulian sekaligus ketulusan yang
patut menjaid catatan tersendiri. Gagasan dan kreativitas para perupa
dalam  pameran ini mengajak dan memancing resepsi pada pemaknaan ke
berbagai arah, bahkan menginterupsi kesadaran mengenai realitas. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik