Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Siswa SD di Tasikmlaya Meninggal Usai Divaksin, Dinkes Sebut karena DBD

Kristiadi
18/1/2022 07:05
Siswa SD di Tasikmlaya Meninggal Usai Divaksin, Dinkes Sebut karena DBD
Ilustrasi vaksin covid-19(Medcom)

DELFIN Maliki Zakir, 10, warga Kampung Sukasirna, Kelurahan Sukanagara, Kecamatan Purbaratu, merupakan siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 5 Kersamenak, Kota Tasikmalaya. Dia meninggal dunia pada Senin (17/1) malam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soekardjo setelah menjalani vaksinasi covid-19 di sekolahnya pada Sabtu (16/1) lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengatakan pihaknya mendapat kabar seorang siswa meninggal dunia di RSUD dr Soekardjo setelah disuntik vaksin covid-19. Dirinya mengaku sempat kaget hingga langsung mengecek, terutama terhadap analisa dokter terkait penyebab kematian yang terjadi setelah vaksinasi covid-19 sesuai anjuran sekolahnya.

"Kami setelah melakukan pengecekan analisa dokter yang menangani Delfin Maliki Zakir di RSUD dr Soekardjo. Pada awalnya, korban diduga mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) murni. Tetapi, sebelum dirawat, kondisinya mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Saya juga sudah bicara panjang lebar dengan dokter bagian perawatan intensif. Ketua KIPI Dani dan Idam spesialis anak menyampaikan kepada saya setelah dilakukan pemeriksaan ada penyakit lain yang mendasarinya," katanya, Selasa (18/1) pagi.

Baca juga: Ratusan ASN di Tasikmalaya Terima Vaksin Booster

Ia mengatakan, penyebab meninggalnya siswa di Kota Tasikmalaya kalau dikenal dalam dunia medis yakni KIPI Koinsiden setelah imunisasi tetapi tidak disebabkan oleh vaksin tapi ada penyakit lain diduga diderita korban saat vaksinasi covid-19. Korban diduga sedang mengalami masa inkubasi serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Penyebabkan vatalitas belum bisa dipastikan karena imunasi tetapi karena ada penyakit lain yang mendasarinya. Karena, hasil tim dokter anak penyebab kematian disebabkan demam berdarah dengue (DBD) dan konklusi medis ini bisa diambil karena ada hasil NS1 yang positif bahwa terinfeksi penyakit lain dan bukan dari vaksinasi covid-19," ujarnya.

Menurutnya, sebelumnya, anak usai sekolah menerima vaksin covid-19 selama dua hari tersebut tidak bisa disimpulkan kematiannya akibat vaksin. Tapi, tim dokter menemukan adanya penyakit dengue menyebabkan kerusakan di beberapa organ tubuh yaitu ada encefalopati, kemudian kegagalan akut pada hati yang ditandai SGOT dan SGPT sangat tinggi dan sudah terjadinya kegagalan akut pada liver ditambah encelopati yang menyebabkan kematian.

"Kami berharap kejadian anak meninggal usai divaksin tidak dinilai bahwa pemberian vaksin bahaya bagi masyarakat dan kejadian tersebut karena korban meninggal dunia telah memiliki penyakit yang mendasarinya setelah dua hari menjalani vaksinasi. Namun, setelah masuk ke rumah sakit, anak tersebut hasil pemeriksaan laboratorium dan medis yang dilakukannya itu sudah sudah diketahui dan didahului penyakit demam berdarah," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya