Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sempat Diobati, Gajah Liar Betina Sakit Ditemukan Mati

Rudi Kurniawansyah
02/11/2021 17:19
Sempat Diobati, Gajah Liar Betina Sakit Ditemukan Mati
Gajah liar (Elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin betina yang sempat mendapatkan pengobatan dari tim medis BBKSDA Riau.(DOK BBKSDA Riau.)

GAJAH liar (Elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin betina ditemukan mati di wilayah Bukit Apolo, Desa Bagan Limau, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, Rabu (27/10). Gajah itu sempat mendapatkan pengobatan dari tim medis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau pada Sabtu (23/10).

Pelaksana tugas (Plt) Kepala BBKSDA Riau Fifin Arfiana Jogasara mengatakan pada Rabu (27/10) sekitar pukul 15.00 WIB, Kepala Resort Air Hitam Bagan Limau (AHBL) Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) menerima laporan dari masyarakat bahwa ada gajah mati di Bukit Apolo. Selanjutnya Kepala Resort melaporkan kepada Kepala Balai TNTN yang ditindaklanjuti dengan berkoordinasi dengan BBKSDA Riau untuk bersama-sama melakukan penanganan.

"Pada hari itu juga sekitar pukul 22.00, tim gabungan yang terdiri dari BBKSDA Riau, Balai TNTN, dan masyarakat menuju lokasi kejadian di Bukit Apolo, Desa Bagan Limau, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan. Tim tiba di lokasi pada pukul 03.15," jelas Fifin, Selasa (2/11).

Ia menjelaskan, kemudian pada Kamis (28/10) pukul 08.00, tim gabungan mulai melakukan nekropsi terhadap gajah sumatra yang mati tersebut. Hasilnya diindentifikasi gajah tersebut berjenis kelamin betina, tinggi badan 2,17 meter, berat badan 2 ton, tebal kulit perut 0,4 cm, tebal kulit punggung 1,2 cm.

"Dari ciri-ciri fisiknya gajah tersebut amerupakan gajah sakit yang sudah dilakukan pengobatan atau penanganan medis pada Sabtu (23/10) oleh tim medis," ungkap Fifin. Gajah sumatra tersebut diperkirakan mati pada Selasa (26/10) yang disebabkan infeksi organ pencernaan, malanutrisi, dan dehidrasi.

Baca juga: Divisi Propam Segera Tangani Dugaan Kriminalisasi Oleh Penyidik di Sumut

"Dalam tindakan bekropsi tidak dilakukan mengambil sampel untuk pemeriksaan laboratorium. Ini karena semua organ dalam tubuh sudah rusak lisis sehingga seluruh organ dalam tubuh langsung dikuburkan," pungkasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya