Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Investor Inggris dan Timur Tengah Lirik EBT di Jawa

Bagus Suryo
13/10/2021 10:17
Investor Inggris dan Timur Tengah Lirik EBT di Jawa
Ilustrasi Energi baru terbarukan berupa pembangkit listrik tenaga surya(ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) menyatakan investor Inggris dan Timur Tengah berminat dengan potensi danau dan waduk di Jawa untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Pengembangannya model kerja sama dan beberapa skema," kata Direktur Pengembangan dan Niaga PJB Iwan Purwana dalam webinar dengan wartawan, 
Selasa (12/10).

Iwan menjelaskan pengembangan EBT sesuai rencana tambahan pembangkit yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 dipatok 40.575 MW dari EBT sebesar 20.923 MW atau 51,6% dan fosil 19.652 MW atau 48,4%.

Adapun skema pengembangan EBT itu melalui kemitraan, EBT kepulauan tersebar, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk pemakaian sendiri dan elektrifikasi dengan EBT. PJB juga mempunyai skema PLT Hybrid, yakni tenaga campuran, terdiri dari diesel, tenaga surya dan baterai.

Saat ini, lanjutnya, PJB sedang mengembangkan PLTS terapung memanfaatkan waduk di Kabupaten Malang dan Blitar.

"Modal PLTS terapung dari kerja sama, sharing modal dengan Jasa Tirta Energi, anak perusahaan Perum Jasa Tirta 1," ujarnya.

Baca juga: Dukung EBT, PTPN Group Implementasikan Pengembangan Bioenergi

PLTS serupa juga akan dibangun di Pulau Bawean, Gresik. Proyek PLTS floating 2 MWp+BESS 400 kWH akan dimulai November 2021. Bahkan, potensi besar pengembangan EBT memanfaatkan danau dan waduk di Jawa diminati investor luar negeri.

"Ini sudah ada investor dari Inggris dan Timur Tengah, menaksir danau di Jawa untuk PLTS dan PLTA," tuturnya.

Direktur SDM dan Administrasi PJB Karyawan Aji mengatakan penerapan EBT di Indonesia sudah tidak bisa dihindari lagi untuk mengurangi emisi karbon di Tanah Air.

"Ditargetkan pada tahun 2025, Indonesia bisa menggunakan EBT mencapai angka 23%," tuturnya.

Sementara itu, Pakar Bioenergy Engineering Universitas Brawijaya Malang Bambang Susilo menyatakan komposisi energi ke depan sangat membutuhkan EBT karena menurunnya energi fosil.

"Indonesia akan menjadi negara yang akan sangat dibutuhkan dunia karena potensinya besar, seperti musim yang menghasilkan energi, yakni panas dan hujan," kata Bambang.

Karena itu, perlu didorong terus pengembangan EBT sehingga mampu menjadikan Indonesia mandiri dengan sumber daya alamnya.(OL-5)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya