Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Kepala BPS Jawa Barat Nyatakan Indonesia Krisis Petani Muda

Bayu Anggoro
07/10/2021 21:50
Kepala BPS Jawa Barat Nyatakan Indonesia Krisis Petani Muda
Petani muda di Jawa Barat memanfaatkan teknologi digital(ANTARA/Dedhez Anggara)

Jumlah petani terus berkurang meski Indonesia adalah negara agraris. Fakta itu tercatat berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2020 yang diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat Dyah Anugrah Kuswardani saat webinar 'Transformasi Pertanian Jawa Barat Bersama Petani Milenial yang Inovatif dan Kekinian; Peluang dan  Tantangan', Kamis (7/10).

Dia mencontohkan, proporsi petani di Jawa Barat paling banyak berada
pada kelompok umur 45-49 yaitu sebanyak 36,30%. Sementara, petani
berusia 30-44 hanya 24,06%.

Apalagi jika dilihat menurut tingkat pendidikan, ternyata dari seluruh
tenaga kerja di sektor pertanian tersebut sebanyak 81,32%-nya
berpendidikan setara SD ke bawah. "Krisis petani muda merupakan satu
persoalan dari sekian banyak persoalan di sektor pertanian," ujarnya.

Melansir penelitian dari LIPI pada 2019, menurunnya minat pemuda
terhadap petani disebabkan karena generasi muda melihat profesi petani
tidak menguntungkan dan tidak membanggakan.

Dyah menilai pemuda desa lebih tertarik mencari pekerjaan di kota dan tidak kembali lagi ke desa, sehingga lahan-lahan pertanian di perdesaan kehilangan tenaga kerja muda. Yang tersisa adalah petani dengan penduduk yang semakin menua.

Masalah penuaan usia petani patut menjadi perhatian semua pihak. Jika
kegiatan produksi pertanian hanya dilakukan oleh generasi tua, maka
perlahan tapi pasti jumlah petani akan semakin berkurang dari tahun ke
tahun.

"Akibatnya produksi pertanian juga akan ikut menurun, dan selanjutnya
sangat dimungkinkan akan terjadi ketidak-seimbangan antara ketersediaan
produksi dengan kebutuhan konsumsi," jelasnya.

Semakin menyusutnya jumlah petani yang produktif tidak saja memengaruhi aspek ekonomi, tetapi juga bisa menimbulkan isu lingkungan.

Lahan-lahan pertanian yang terlantar karena tidak ada lagi yang
menggarap bisa berubah fungsi menjadi lahan perumahan, industri, dan
infrastruktur lainnya. Sehingga lahan-lahan pertanian akan semakin
menyusut dan muncullah permasalahan ketidakseimbangan lingkungan.

"Dengan daya dukung teknologi dan kemampuan berinovasi masih ada
harapan buat kita menyelamatkan katahanan pangan Indonesia, dan Jawa
Barat pada khususnya. Para generasi milenial perlu membuka mata bahwa banyak contoh sukses para pelaku bisnis di sektor pertanian," tandas Dyah. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik