Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tiga Tahun Panen Porang Berbuah Mobil

Andhika Prasetyo
20/8/2021 07:05
Tiga Tahun Panen Porang Berbuah Mobil
Tanaman porang yang bernilai tinggi.(Antara)

HASIL jerih payah tiga tahun menanam porang bisa digunakan untuk membeli sebuah mobil. Demikian pengakuan Yoyok Triyono, seorang pemuda asal Madiun, Jawa Timur, dihadapan Presiden Joko Widodo, Kamis (19/8).

Bagi Yoyok, porang bak hasil tambang yang begitu berharga. Salah satu komoditas umbi-umbian itu kini memiliki nilai yang cukup tinggi. Apa lagi, jika diolah menjadi produk siap saji.

"Petani milenial, petani muda di desa kami, kalau zaman dulu lulus sekolah cari kerja di kota. Sekarang beda cerita. Lulus sekolah jadi petani porang. Tiga tahun berjuang bertani, setelah itu bawa pulang mobil," ujar Yoyok bercerita.

Kepada presiden, ia mengaku baru mulai menanam porang sejak 2010 dan awalnya hanya memiliki lahan seluas 0,3 hektare, warisan ayahnya. Sebelas tahun berselang, luas lahan yang dimilikinya telah bertambah menjadi 3 hektare.

Menurutnya, selain memiliki nilai tinggi, porang juga mempunyai kelebihan yakni mudah dibudidayakan. Seorang petani cukup menanam porang sekali. Kemudian, pada tahun kedua, porang sudah bisa dipanen dan akan terus berbuah pada tahun-tahun berikutnya tanpa perlu menanam kembali.

Semua keunggulan itu akhirnya membuat banyak anak muda di Madiun yang tergiur untuk bercocok tanam porang.

"Dulu petani itu seolah-olah menjadi cita-cita pelarian saja, namun hari ini semua berbondong-bondong ingin menjadi petani porang," tuturnya.

Presiden Joko Widodo menilai komoditas bernama latin Amorphopallus muelleri blume itu sangat menjanjikan dan memiliki masa depan cerah. Ia pun berpesan kepada para petani terutama generasi milenial untuk tidak hanya mengerjakan lahan pertaniannya saja, tetapi juga bisa mengolahnya hingga pascapanen seperti keripik atau bahkan beras.

"Saya kira proses-proses seperti itu yang pemerintah inginkan. Jangan sampai nanti yang mengolah itu di Jepang, atau di Tiongkok, atau di Korea Selatan, atau di Eropa. Tidak boleh seperti itu. Kita harus mengolah sendiri, ada hilirisasi, ada industrialisasi, sehingga nilai tambah betul-betul ada di dalam negeri," jelas Jokowi.

Di akhir dialog tersebut, presiden menjelaskan bahwa pemerintah ingin membangun sebuah ekosistem yang saling menguntungkan. Untuk itu, ia mendorong Menteri Pertanian untuk membuat perencanaan besar terkait prospek porang sebagai sebuah primadona komoditas pertanian baru. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya