Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Resep Addiniya Pertahankan Bisnis Mukena Di Tengah Krisis Ekonomi

Siswantini Suryandari
01/4/2020 09:00
Resep Addiniya Pertahankan Bisnis Mukena Di Tengah Krisis Ekonomi
Karyawan UMKM mukena Tazbiya sedang menjahit mukena yang siap dipasarkan secara online.(Ist)

DI tengah terpuruknya perekonomian global akibat pandemi korona, UMKM di Indonesia masih banyak yang menggeliat. Seperti yang dilakoni Addiniya Nurfarojandari pemilik usaha mukena Tazbiya. Addiniya sudah melakoni bisnis ini sejak 2015 hingga saat ini. Ia memang fokus pada mukena sejak awal membuka usaha.

"Apalagi menjelang Ramadan dan Idul Fitri ini, banyak orang mencari mukena," kata Addiniya, Selasa (31/3).

Sejak pandemi virus korona terjadi di seluruh dunia, sektor perdagangan dilanda kelesuan. Termasuk juga bisnis mukena yang dijalankan ribuan UMKM di Indonesia, termasuk Addiniya. Namun ia optimistis bisnis jual mukena ini tidak pernah lesu, apalagi di tengah pandemi. 

"Insha Allah tetap bertahan bisnis ini, karena saya juga menjualnya secara online. Saya menyesuaikan dengan tren dan apa yang dimaui konsumen," ungkapnya.

Apabila selama ini produknya bisa ditemui di Pasar Tanah Abang dan Thamrin City, namun di era belanja online, ia juga menitipkan dagangan ke sejumlah toko online. Gara-gara masuk toko-toko online, produknya kini juga dipakai konsumen di luar negeri. Dan di saat pandemi seperti sekarang ini, jual online sangat membantu agar usahanya tetap bertahan dan bisa menggaji para karyawan.

Selain produknya tersedia di pasar online, kiat agar bisnisnya tidak ambruk dengan terus mengikuti tren. Addiniya mengungkapkan pada umumnya tren mukena tidak terlalu sering berubah seperti busana mode lainnya. Hal itu membuat konsumen menjadi bosan dan berpindah ke produk lain. Hal itu menyebabkan UMKM yang menggeluti bisnis mukena cepat ambruk karena tidak mengikuti perkembangan mode dan keinginan konsumen. Untuk mengatasi hal itu, Addiniya harus mengikuti tren yang berlaku saat ini dan mendengar keingian konsumen

"Saya selalu ikuti perkembangan mode saat ini. Maka mukena yang saya produksi harus mengikuti tren, termasuk motif dan bahan yang digunakan, dan sesuai keinginan konsumen," terang Addiniya.

Dengan cara itu, bisnis yang digelutinya hingga kini masih bertahan dan memiliki banyak pelanggan. 

"Target pasar adalah kaum perempuan mulai dari usia 22 tahun hingga 45 tahun jadi kami menyediakan beragam motif sehingga customer dapat memilih sesuai selera masing-masing usia,” kata Addiniya lagi.  (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya