Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Perajin Batik Seng Malang Miliki 18 HAKI

Bagus Suryo
19/9/2019 10:14
Perajin Batik Seng Malang Miliki 18 HAKI
Para pembatik Seng memamerkan hasil karya dan bukti karya mereka telah didaftarkan hak ciptanya ke Ditjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM(MI/Bagus Suryo )

PEMBATIK Hardi dan Kastini mengunci warna pada kain batik bermotif Panji Asmoro Bangun, tokoh Topeng Malangan di Sanggar Batik Seng, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (19/9). Setelah mengoleskan pewarna kunci, kain itu dijemur sampai kering. Pembatik lainnya, yaitu Hanifa, Usrila dan Dewi Masita sibuk mengerjakan pesanan dari Dinas Peternakan Pemkab Malang.

"Ada pesanan 50 baju batik," kata Ketua Yayasan Wahana Saujana Cita Desa Sengguruh Evi Wahyu Astutik kepada Media Indonesia, Kamis (19/9).

Evi, warga RT/RW 002 Desa Jenggolo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, menjelaskan warga di sekitar bendungan Sengguruh berkarya dan memproduksi desain baru batik sejak 2014 atas binaan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan Brantas dan Universitas Merdeka Malang. Di bawah cerobong PLTA, warga menghasilkan karya inovatif batik.

Adapun ikon batik seng konotasinya pada Sengguruh, nama desa dan bendungan di daerah setempat.

"Seng dalam bahasa Jawa juga menunjukkan aroma harum, harapannya mengharumkan bangsa dan negara," tegasnya.

Selama ini para pembatik gencar meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan. Semula diikuti 50 orang. Namun, yang setia membatik hanya 15 orang.

"Dari 15 orang itu yang mempunyai sertifikat kompetensi 6 orang dan sertifikat asesor batik 3 orang," imbuhnya.

Pengurus yayasan dan tim PJB terus mengedukasi warga. Kini yang menggeluti batik kian meluas, jumlahnya ratusan pembatik merambah luar Desa Sengguruh. Alhasil para pembatik membuat inovasi hingga mengantongi 18 HAKI ketika pembatik desa lainnya belum terpikir mendaftarkan hak cipta.

Evi memiliki HAKI desain Kembang Srengenge Sulur pada 17 Januari 2017. Sejumlah HaKi warga lainnya, ialah Daun Bersolek, Egon (eceng gondok) Menari, Bendungan Sutami dan Selamat Pagi Indonesia.

"Hak cipta itu murni milik pembatik. Pembatik juga mengajukan 12 desain baru, sekarang tinggal menunggu HAKI tersebut," imbuhnya.

Evi menegaskan inovasi batik yang menjadi ciri khas menonjolkan motif Malangan. Selain mengeksplorasi flora, buah apel dan eceng gondok, motif tanaman paitan juga menjadi corak unggulan.

"Kekhasan kami diperkaya desain motif batik jumput yang jarang dimiliki oleh pembatik lain," ungkapnya.

Pembina Batik Seng, Wahyudi Siswanto menyatakan para pembatik semakin sejahtera. Mereka sudah memiliki omzet sekitar Rp30 juta dari 100 kain batik yang diproduksi per bulan.

baca juga: Plt Bupati Cianjur Daftar Bakal Calon Bupati ke PDIP

"Keuntungannya selain menambah pendapatan keluarga pembatik juga untuk menghidupi lembaga pendidikan madarasah ibtidaiyah dan raudatul atfal Al Ikhlas. Kami menerapkan sosio entrepeneur," ujar Guru besar Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang tersebut.

Sedangkan program yang sedang dirintis sekarang, warga membuat mural batik pada bangunan rumah-rumah mereka di sepanjang gapura Gang Gondomono. Saat ini sudah ada 10 rumah yang dindingnya dicat batik berbagai motif. Gang itu akan dijadikan kampung tematik guna menarik wisatawan.(OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya