Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Daerah Tolak Sampah Impor

Heri Susetyo
29/8/2019 08:10
Daerah Tolak Sampah Impor
Tumpukan sampah yang diimpor oleh sebuah perusahaan pabrik kertas sebagai bahan baku kertas di Mojokerto, Jawa Timur.(ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

MEREBAKNYA wabah penyakit dan kerusakan lingkungan di lokasi penimbunan sampah plastik impor yang terpapar limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) membuat warga berhenti menggunakannya untuk bahan bakar industri.

Di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur, para perajin tahu tak mau lagi memanfaatkan sampah impor yang kebanyakan berbahan plastik itu sebagai bahan bakar industri mereka.

Sebagaimana diutarakan Kabid Penataan Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo, Luh Yuni Areni, kemarin.

Menurut Luh, para perajin makanan rakyat itu menyadari bahaya sampah impor yang dipakai sebagai bahan bakar bagi kesehatan maupun lingkungan.

"Sekitar 40 perajin tahu sepakat tidak memakai lagi sampah plastik impor untuk bahan bakar. Hasil pembakaran sampah plastik meng-ancam kesehatan warga desa terutama anak-anak," kata Luh.

Pemanfaatan sampah plastik impor di Sidoarjo sudah berlangsung selama lima tahun belakangan setelah kota ini menjadi salah satu daerah yang diserbu sampah impor. Perajin tahu membeli sampah plastik untuk bahan bakar karena murah harganya.

"Hanya Rp300 ribu per pikap, sedangkan kayu Rp700 ribu. Sampah impor lambat laun habis karena pemerintah juga sudah tegas melarang masuknya sampah plastik impor. Kami mengimbau perajin memakai bahan bakar gas," lanjut Luh.

Hasil pembakaran sampah plastik membahayakan kesehatan terutama bagi paru-paru sebab sampah plastik menghasilkan asap hitam pekat dan bau yang menyengat.

Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo, Sjaf Satriawarman, menambahkan bahaya polusi pembakaran sampah plastik tidak langsung dirasakan. "Dampaknya dalam jangka panjang karena mengandung timbel."

Di Batam, Kepulauan Riau, kemarin, aparat kembali memeriksa ratusan kontainer material plastik impor yang dicurigai mengandung limbah B3.

"Kami mendampingi Bea dan Cukai. Jumlah material plastik lebih dari 400 kontainer itu jangan sampai masuk. Sejak awal, Pemkot Batam menolak sampah plastik impor kecuali yang bersih dan telah diolah menjadi barang jadi, bukan dari sampah menjadi bijih," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam, Herman Rozie.

 

Potensi lokal

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, sampah plastik impor kerap ditumpangi limbah seperti infus, popok, dan ampul suntik obat bekas.

"Itu berasal dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, dan Hong Kong. Pemerintah telah mereekspor 400 kontainer sampah terpapar limbah. Masih ada 1.000 lebih kontainer sampah yang mengandung limbah," ungkap Siti, Selasa (27/8).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan tidak ada toleransi dalam mengatasi sampah impor yang mengandung limbah B3.

"Arahan teknisnya memperbaiki sistem pemeriksaan dan sistem survei di negara asal, jangan di pelabuhan," kata Siti.

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Beracun Kementerian LHK, Rosa Vivien Ratnawati, menyatakan setengah kebutuhan sampah kertas maupun plastik berasal dari luar negeri.

"Dari 6 juta ton sampah untuk daur ulang, sekitar 3 juta ton diimpor. Ke depan bagaimana mendayagunakan sampah domestik untuk industri. Kami terus mendorong pemilahan sampah dari sumbernya agar bisa diserap industri," tandas Vivien, kemarin. (Dhk/Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya