BERTANI di lahan gambut dengan hasil melimpah tanpa harus membakar lahan, ternyata bukan hal mustahil. Bahkan kini model semacam itu terus dikembangkan oleh warga Kecamatan Kapuas Barat Kabupaten Kapuas,Kalimantan Tengah.
"Saya mulai mencoba menerapkannya pada 2011, tapi tiga tahun saya gagal. Sekarang, saya tanam bawang merah, kini sudah tiga kali panen dan hasilnya sangat memuaskan," kata Yanir, Kepala Desa Anjir Kalampan, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas saat berada di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Rabu (13/8).
Yanir merupakan petani yang sudah membuktikan bahwa bertani di lahan gambut bisa dilakukan tanpa harus membakar. Hasilnya juga sangat memuaskan karena tanaman tetap subur asal diperlakukan dengan benar. Usaha Yanir ini makin dikenal publik. Kegigihannya bersama warganya dalam bertani tanpa bakar di lahan gambut kini berbuah manis. Hasil panen melimpah dan kini menjadi percontohan bagi daerah lain.
Kepala desa dua periode yang berpendidikan sarjana sosial itu mengatakan, memang memerlukan perhatian khusus dalam bertani di lahan gambut. Namun dia memastikan semua itu tidak terlalu sulit karena semua bisa dilakukan secara manual seperti yang sudah mereka lakukan selama ini.
Tanah gambut yang hendak ditanami harus diolah dan dibuat bedeng atau balur yang nantinya menjadi tempat untuk menanam tanaman. Selanjutnya tanah harus disiram dan dijaga agar tetap lembab sehingga tanaman bisa tumbuh. Yanir mengingatkan, penting untuk memperhatikan tingkat kelembaban dan keasaman tanah agar tanaman bisa hidup. Yanir juga tidak menggunakan pupuk kimia, tetapi pupuk organik berupa kompos yang dibuat dari fermentasi berbagai tumbuhan yang ada di lokasi itu selama 20 hari, seraya menunggu pembibitan sudah siap tanam.
Yanir menambahkan, belum lama ini ia menaman bawang merah sebanyak 400 kilogram dan menghasilkan 1,2 ton dan setelah dikeringkan menjadi 800 kg atau 100 persen dari bawang yang ditanam.
Yanir mengaku sangat bersyukur karena petani di desanya mendapat bantuan dari pemerintah dan Badan Restorasi Gambut, mulai dari berbagai alat produksi pertanian hingga pembinaan dan pendampingan. Keberhasilan mengelola pertanian di lahan gambut tanpa bakar menarik minat banyak pihak. Bahkan beberapa waktu lalu pengunjung dari lima negara datang untuk melakukan studi banding ke desa itu.
baca juga: BTP Akan Dirikan Pabrik Ternak di NTT
Yanir yang sudah tiga tahun bermitra dengan Badan Restorasi Gambut, kini juga sering berkeliling ke desa-desa di Kalteng untuk berbagi ilmu bertani tanpa bakar di lahan gambut. Sedikitnya sudah 100 desa yang didampinginya melaksanakan pertanian dengan sistem tersebut. (OL-3)